Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Apakah Metode Time Out dalam Pola Asuh Anak Berbahaya?

Time Out yang digunakan dalam pola asuh anak agar saling menenangkan diri antara si kecil dan orang tua ternyata dapat memberikan boomerang balik bagi keduanya.

30 Oktober 2022 | 08.50 WIB

Ilustrasi anak cemas atau takut. Freepik.com/Master1305
Perbesar
Ilustrasi anak cemas atau takut. Freepik.com/Master1305

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Time out yang merupakan waktu menyendiri bagi anak dan orang tua telah menjadi metode untuk mengelola perilaku bermasalah selama beberapa dekade. Selain itu, juga merupakan pokok dari pola asuh anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Metode time out direkomendasikan oleh sebagian besar dokter anak sebagai cara untuk mengekang perilaku negatif anak, mulai dari berbicara kembali hingga agresi fisik. Penelitian menunjukkan bahwa bila digunakan dengan benar —bersama dengan teknik lain yang menyeimbangkan pola asuh anak—time out akan efektif dan tidak membahayakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun dalam beberapa tahun terakhir, time out telah mendapatkan kritik yang berpendapat bahwa pola asuh anak ini dapat mengisolasi dan menyebabkan anak-anak merasa ditinggalkan di masa krisis emosional mereka. Akibatnya, ini akan mengarah ke perebutan kekuasaan yang lebih besar daripada mengajar anak-anak untuk mengatur emosi, seperti dilansir dalam laman childmind.org

Baca: Time Out Apakah Pola Asuh yang Bermanfaat untuk Kedisiplinan Anak?

Metode Time Out

Time out telah menjadi metode pola asuh anak yang populer sejak ahli perilaku psikologis, Arthur Staats menciptakan istilah tersebut dan membuktikan keefektifannya pada 1950-an. Metode ini dibuat sebagai alternatif dari hukuman fisik yang populer kala itu. Idenya adalah bahwa banyak perilaku didorong oleh perhatian sehingga dengan menarik perhatian dari perilaku negatif orang tua dapat seiring waktu, memadamkannya dengan sama-sama saling berdiam diri beberapa waktu.

Namun, sebuah artikel yang diterbitkan pada 2014 menyatakan bahwa time out dapat menyakit anak sehingga menyebabkan kegemparan dan menimbulkan reaksi terhadap teknik tersebut. Mengutip dari majalah Time, dalam kebanyakan kasus, pengalaman utama yang ditawarkan time out kepada anak adalah isolasi.

Bahkan, ketika disajikan dengan sabar dan penuh kasih, time out mengajarkan anak bahwa ketika mereka melakukan kesalahan atau ketika mengalami kesulitan, anak akan dipaksa untuk menyendiri. Ini merupakan salah satu bentuk penolakan terhadap anak. Selain itu, time out seringkali tidak efektif dan membuat anak-anak lebih marah daripada sebelumnya sehingga time out dikatakan berbahaya.

Time out juga dianggap berbahaya karena mengabaikan perilaku yang bermasalah terhadap si kecil. Pasalnya, time out akan menghilangkan perhatian yang diberikan orang tua kepada anak dan membuat anak dikurung di suatu ruangan tanpa adanya rangsangan dan empati. Kendati demikian, hal-hal atau pernyataan yang mengarah pada time out adalah metode pola asuh anak yang berbahaya dibantah oleh salah satu psikiater, yaitu Dr Anderson.  

Melansir dari usnews, Dr Anderson menyatakan bahwa time out yang mendiamkan anak dalam ruangan setelah melakukan kesalahan merupakan penarikan perhatian yang bijaksana untuk membantu suatu perilaku buruk hilang.

Metode ini bukan suatu pengabaian terhadap anak dan berjalan keluar ruangan setiap kali anak melakukan sesuatu yang tidak orang tua sukai. Sebab, mencoba berbincang  atau menghabiskan waktu dengan anak ketika anak bertingkah laku kurang baik dapat menyebabkan pertengkaran besar, tidak jarang kekerasan fisik pun juga tidak dapat dihindari. Tentunya, pertengkaran besar terhadap anak akan terus dan selalu berulang karena orang tua tidak baik dalam memendam emosi sehingga time out hadir untuk memberikan metode pola asuh yang harmonis.

Dr Anderson juga menambahkan bahwa untuk melangsungkan time out agar berjalan dengan baik perlu memperhatikan berapa lama waktu yang digunakan untuk saling menenangkan diri antara orang tua dan anak. Penggunaan waktu menyendiri yang tepat membutuhkan jeda singkat. Akibatnya, ini dapat digunakan sebagai bagian dari strategi pola asuh anak yang dipikirkan dengan matang dan nantinya akan diikuti dengan umpan balik positif dalam hubungan anak dan orang tua.

RACHEL FARAHDIBA R 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus