Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Batu kantung empedu merupakan kondisi adanya batu pada kantung empedu. Batu tersebut bisa berupa endapan kolesterol yang mengkristal, yang akan akan mengganggu kerja kantung empedu sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan cairan empedu ke saluran pencernaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain karena endapan kolesterol, batu juga dapat terbentuk karena terlalu banyak bilirubin di dalam empedu. Batu ini disebut dengan batu pigmen. Spesialis bedah di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, Febiansyah Ibrahim, menjelaskan kebanyakan kasus batu kantung empedu tidak bergejala sehingga sering tidak disadari oleh penderita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Batu kantung empedu ini sebenarnya sekitar 70 sampai 80 persen, tidak ada keluhan. Jadi hanya sekitar 20 persen yang datang dengan keluhan," kata Febiansyah.
Gejala mirip maag
Kalau pun mengalami keluhan, penderita juga kadang tidak begitu menyadari karena gejala hampir mirip sakit maag, yaitu nyeri perut tiba-tiba di bagian kanan atas dan terjadi secara hilang-timbul, serta dapat menjalar ke daerah punggung hingga ulu hati.
"Kalau sakit maag biasanya karena telat makan. Kalau batu kantung empedu justru habis makan, misalnya setelah makan malam lalu terbangun pada malam hari, misalnya jam 2 malam," ujarnya.
Menurutnya, penyakit batu empedu disebabkan oleh faktor risiko 4F, yaitu Female (wanita), Fat (lemak), Fertile (sedang berada dalam masa subur), dan Fourty (berumur di atas 40 tahun). Oleh karena itu itu, gaya hidup sehat jadi satu-satunya cara untuk mencegah kondisi ini, seperti menghindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak untuk mencegah kolesterol.
"Sebenarnya kalau gaya hidup sudah baik, tentu bukan hanya menghindari penyakit batu kantung empedu saja tapi juga penyakit-penyakit lain juga bisa kita tekan risikonya," tegasnya.