Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman diabetes tidak hanya dihadapi kelompok usia dewasa. Penyakit ini juga dapat mengancam anak-anak. Pakar kesehatan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd, mengingatkan orang tua menghindarkan anak dari makanan cepat saji untuk mencegah risiko terkena diabetes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Salah satu jenis makanan pemicu faktor risiko kejadiaan diabetes pada anak adalah konsumsi junk food atau makanan cepat saji yang tinggi gula dan lemak," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syamsul menjelaskan, kebiasaan sering mengonsumsi makanan cepat saji saat ini sudah menjadi fenomena mengingat anak-anak sangat suka dengan cita rasa kuat. Rasa-rasa itu sangat berkesan di lidah anak-anak sehingga mereka merasakan sensasi ketika mencicipinya.
Tinggi kalori dan rendah vitamin
Jenis makanan cepat saji yang jadi favorit anak-anak misalnya nugget ayam, sosis, mi instan, burger, dan sejenisnya. Syamsul memaparkan beberapa dampak makanan cepat saji terhadap diabetes melitus, yaitu efek cepat pada kadar gula darah karena makanan olahan yang tinggi kalori dan rendah vitamin, mineral, dan serat cepat rusak di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan cepat.
Kemudian, ukuran porsi yang tidak tepat karena makanan cepat saji biasanya tidak terlalu mengenyangkan dan sering tersedia dalam ukuran porsi yang besar sehingga dapat terjadi lonjakan gula darah dan penambahan berat badan.
"Kelebihan berat badan menjadi faktor risiko utama penyumbang diabetes tipe 2, termasuk pemicu kadar trigliserida yang mengandung lemak trans dan jenuh tinggi," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Karena itu, Syamsul mengingatkan orang tua agar mempunyai taktik yang bijak menangkal godaan makanan cepat saji untuk anak-anak selain membiasakan anak senang berolahraga sejak dini sehingga upaya pencegahan terhadap naiknya kasus diabetes pada anak dapat efektif.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak melonjak sampai 70 kali lipat pada 2023 jika dibandingkan 2010 yang hanya 0,028 per 100.000 orang. Prevalensi pada Januari 2023 adalah 2 per 100.000 jiwa. Berdasarkan usia, sebaran kasus diabetes pada anak yang paling tinggi berada di usia 10-14 tahun dengan porsi 46,23 persen, diikuti anak usia 5-9 tahun sebesar 31,05 persen, 0-4 tahun sebanyak 19 persen, dan lebih dari 14 tahun 3 persen.