Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bahaya Pijat Leher buat Penderita Gangguan Irama Jantung

Penderita gangguan irama jantung atau aritmia diminta tidak melakukan pijat di bagian leher untuk menghindari bahaya lebih lanjut.

9 Juni 2024 | 11.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita memegang leher / leher sakit. loyolamedicine.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Alexandra Gabriella meminta penderita gangguan irama jantung atau aritmia tidak melakukan pijat di bagian leher untuk mempertahankan kualitas hidup. Gejala aritmia bisa dirasakan dari detak jantung yang tidak teratur, skip a beat atau merasa tidak ada denyut, pusing, lemas, sesak napas, rasa tidak nyaman di dada, atau pingsan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau sudah umur enggak disarankan pergi ke tukang urut dan dipijat di leher karena ada saraf vagus yang menekan detak jantung jadi lebih rendah kalau ditekan pada orang tua dan risiko aritimia,” kata lulusan Universitas Indonesia itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gabi -- sapaannya -- mengatakan pemijatan pada leher tidak disarankan pada pasien dengan detak jantung yang rendah. Ia menjelaskan pada leher terdapat saraf penting vagus yang mengatur irama jantung dan tekanan darah. Jika saraf tersebut ditekan atau diurut bisa menyebabkan detak jantung semakin rendah dan memicu efek samping seperti tekanan darah yang semakin turun, membuat pandangan kabur dan gelap, bahkan sampai pingsan.

Risiko pengapuran dan plak
Pada yang belum pernah memeriksakan masalah di leher, prosedur pijat leher dapat berisiko pengapuran dan plak yang terbawa aliran darah ke otak dan berisiko menyebabkan stroke. Untuk menjaga kualitas hidup, pasien aritmia diminta melakukan kegiatan yang disarankan dokter, seperti tidak diurut di bagian leher, mengejan terlalu kuat, dan olahraga yang terlalu berat.

“Olahraga yang disarankan untuk semua pasien dengan gangguan jantung seminggu tiga sampai lima kali, sekali olahraga 30 menit, resep latihannya dari treadmill test,” ucap Gabi.

Sedangkan jenis olahraga yang disarankan adalah yang tidak mengandung unsur kompetitif, misalnya bersepeda, jalan kaki atau jogging, dan berenang. Cara mudah untuk mengetahui irama jantung adalah menggunakan alat seperti arloji pintar, pemeriksaan elektrokadriogram (EKG) jantung atau holter monitoring untuk pemeriksaan 24 jam saat pasien merasa irama jantung tidak beraturan dalam beberapa hari.

“Ada ECG portabel yang kecil alatnya bisa dipegang di tangan dan dikirim hasilnya ke hape. Kalau advance-nya pemeriksaan elektrofisiologi di ruang kateterisasi,” paparnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus