Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan kardiologi Dr. Dixit Garg mengatakan melewatkan makan dan menghabiskan energi tubuh secara konstan memicu respons kontraregulasi, terutama melalui sistem saraf simpatik. Hal ini biasa terjadi pada orang yang suka melewatkan makan saat bekerja sehingga berisiko bagi kesehatan jantung, terutama pada orang dengan tuntutan pekerjaan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hal ini menghasilkan lebih banyak pemecahan lemak dan protein untuk menghasilkan energi, yang menyebabkan beberapa efek buruk pada jantung. Peningkatan aktivitas saraf simpatik menyebabkan perubahan mikrovaskular, yang meningkatkan kontraksi jantung dan kemudian meningkatkan tekanan darah. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa di jantung dan bahkan kematian sel," jelasnya, dikutip dari Hindustan Times.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, kondisi stres yang terus-menerus ini dapat memicu peradangan, yang merupakan salah satu penyebab penyakit jantung. "Pola asupan dan makan yang tidak diatur dengan baik menyebabkan kontrol gula darah yang buruk dan sistem regulasi yang tegang. Hal ini dapat mengakibatkan resistensi insulin, yang merupakan penyebab utama perkembangan diabetes dan masalah metabolisme lain," tambahnya.
Ia menjelaskan kesehatan jantung perlu kadar gula darah yang stabil. Karena itu penting untuk menjaga kadar gula darah secara konsisten melalui pola makan yang teratur dan seimbang.
"Untuk menghindari fluktuasi gula darah yang parah, seseorang harus lebih sering mengonsumsi makanan dalam porsi kecil untuk menghindari stres tambahan pada sistem kardiovaskular," ujarnya.
Gula darah naik turun
Kepala dokter spesialis di HCL Healthcare, Dr. Shantanu Dhari, juga mengatakan melewatkan makan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung karena ada hubungan yang rumit antara metabolisme, stres, dan kesehatan kardiovaskular. Ketika melewatkan makan, terutama selama jam kerja yang panjang, kadar gula darah akan berfluktuasi sehingga pengaturan gula darah tubuh jadi tertekan. Fluktuasi kadar gula darah seiring waktu dapat memicu resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.
"Ketika melewatkan waktu makan, tubuh mengalami penurunan kadar gula darah, yang dapat menyebabkan keinginan makan yang tidak sehat, makan berlebihan, dan pilihan pola makan yang buruk di kemudian hari, seperti mengonsumsi makanan padat kalori dan berlemak tinggi. Kebiasaan ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara tiba-tiba, yang mendorong perkembangan aterosklerosis, di mana plak terbentuk di arteri, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke," katanya.
Melewatkan waktu makan secara teratur juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan, terutama lemak perut, yang terkait erat dengan sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular. Dhari menngatakan pentingnya makan teratur dan mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dalam upaya mengurangi risiko penyakit jantung.
"Makan sedikit-sedikit dalam sehari membantu mengatur kadar gula darah, menghindari kadar gula darah naik turun, yang membebani sistem kardiovaskular," paparnya.