Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bandelnya asma

Asma, penyakit kronis yang tersebar di negara-negara industri. timbulnya berkaitan dengan polusi udara, kelebihan merokok dan kemiskinan. belum dapat disembuhkan dengan pengobatan. bronchodilator, obat yang umum dipakai.

13 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUNYI mengerinyit pernapasan dan keluhan sesak napas penderita asma tampaknya masih belum bisa diatasi. Itu sebabnya dokter spesialis saluran pernapasan yang bergabung dalam European Respiratory Clinicians, pertengahan September silam, bertemu di Inggris membahas masalah asma. Hasil penelitian menunjukkan, asma adalah penyakit paling kronis yang tersebar luas di negara-negara industri. Dalam perkembangan terakhir, berat dan angka kematian karena penyakit ini meningkat terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Timbulnya penyakit asma berkaitan erat dengan polusi udara, kelebihan merokok, dan kemiskinan. Asma juga menyebar baik di daerah terpencil maupun kota besar. Menurut beberapa spesialis itu, karena kurangnya pendidikan dari dokter umum, orang-orang tua dan pasien adalah penyebab pasti sulitnya menangani penyakit ini. Apalagi gagal mendiagnosa dari tingkat keganasannya, terutama pada anak-anak, masih banyak. Di samping itu, mutu pengobatan yang masih jelek merupakan faktor dominan penyebab kematian. Universitas Liverpool, Inggris, tahun lalu, menemukan alat mutakhir untuk mendeteksi asma. Dengan alat yang disebut pulmonary sound analyzer (PSA) ini seorang dokter yang miskin pengalaman sekalipun mampu menunjukkan tingkat kekronisan asma pada seorang pasien. Betapa tidak. Kondisi paru-paru pasien bisa terbaca dari layar komputer. Proses analisa dan diagnosanya dilayani perangkat lunak komputer, yang programnya dibuat dokter ahli dan ahli komputer. Konon, alat ini akan disebarkan ke seluruh Inggris tempat dua juta penderita asma, atau 5% dari populasi Inggris. Kini 5--10 persen penduduk di Eropa dan Amerika Utara menderita asma. Hasil penelitian menunjukkan: satu dari lima anak-anak usia sekolah menderita penyakit asma. Dari data yang dikumpulkan oleh suatu badan kesehatan di Inggris pada 1970-an tampak meningkatnya kematian tertinggi di 14 negara Eropa dan Amerika terjadi pada usia 5 hingga 35 tahun. Dalam pertemuan tadi juga dibicarakan usaha meningkatkan kualitas hidup dan cara menangani penyakit sehari-hari dengan penekanan pada pendidikan si pasien. Selain pertolongan melalui pengobatan, kualitas hidup jadi penyebab serius penderita asma. Mereka malah hampir tak pernah berolahraga, terlalu emosional, dan berlebihan menggunakan obat. Serangan yang ringan menimbulkan batuk dan sesak. Dan serangan yang berat jika tak segera ditolong bisa mengganggu pernapasan yang serius, bahkan kematian. Biasanya, si penderita mengalami gangguan sistem pernapasan (hipersensitif), alergi, infeksi, atau iritasi terhadap debu atau asap. Bila terjadi iritasi, saluran pernapasan menjadi meradang dan menyempit sehingga penderitanya sukar bernapas. Apalagi asma sulit didiagnosa, karena serangannya tidak diduga sebelumnya. Hampir 50% serangan pada penderita dewasa malah tidak diketahui sebabnya. Sampai saat ini, asma masih dianggap penyakit tenggorokan atau bronkhitis. Itu berarti pengobatannya ditujukan terutama untuk menghilangkan atau mencegah gejala penyumbatan saluran pernapasan. Para peneliti percaya ada faktor komponen genetik (keturunan) yang menyebabkan asma, hanya sulit memisahkannya, karena pola kejadiannya tak menentu. Sekitar 50% dari penderita asma diserang sejak usia kanak. Sepertiga lainnya sebelum usia 40 tahun, dan sisanya ketika usia senja. Pemakaian steroid dengan dosis rendah merupakan metode baru dalam pengobatan. Penggunaannya, steroid antiperadangan disalurkan ke dalam paru dengan cara dihirupkan melalui saluran pernapasan. Sebenarnya, steroid dalam bentuk pil telah digunakan sejak 1950-an. Tapi pil ini mempunyai efek samping serius, seperti bengkak, nyeri tulang, tekanan darah tinggi, dan penyakit hati (liver). Sedangkan dengan cara dihirup, hanya sekitar 10% dari obat yang masuk aliran darah sehingga dapat mengurangi terjadi efek samping. "Menghirup steroid adalah salah satu cara terbaik yang kita punyai saat ini," ujar Prof. Anne Tatterfield, ahli saluran pernapasan dari Rumah Sakit Nottingham City, Inggris. Selama ini, obat yang umum untuk melawan asma adalah bronchodilator. Caranya, obat itu disemprotkan ke tenggorokan jika ada serangan untuk membuka saluran pernapasan. Namun, bronchodila~or yang sekarang dipakai hanya melonggarkan pernapasan untuk sementara. Daya tahannya kurang dari enam jam, kemudian si penderita harus disemprot kembali. Penemuan lain yaitu salmeterol dari glaxo dan formoterol buatan Ciba-Geigy. Obat ini melonggarkan saluran pernapasan si penderita sampai 12 jam. Kini para dokter mulai mempelajari apakah pengobatan intensif sejak dini pada anak atau orang dewasa yang mempunyai tanda-tanda terserang asma dapat mengurangi keseriusan penyakit ini dalam jangka panjang. Sejauh ini belum ada bukti penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengobatan. Sedangkan Profesor Peter Barnes dari Lembaga Nasional Jantung dan Paru, di Inggris, mengatakan banyak bukti menunjukkan bahwa pemakaian steroid dosis rendah yang dihirup ketika diagnosa awal, bisa efektif untuk melawan penyakit yang bandel ini. ~~~Rudy Novrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus