Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Beda Varises dan CVI yang Kelihatan Mirip

Pakar menjelaskan varises dan Chronic Venous Insufficiency (CVI) penyakit yang berbeda meski sekilas tampak sama. Cek bedanya.

4 April 2023 | 22.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Varises. Usaveinclinics.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis bedah vaskular dan endovaskular Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dedy Pratama, menjelaskan varises dan Chronic Venous Insufficiency (CVI) penyakit yang berbeda meski sekilas tampak sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau bicara varises, itu biasanya kita bicara masalah vena yang ada di permukaan kulit. Tapi gangguan CVI ini berupa spektrum yang bisa lebih luas dari itu. Jadi, kalau memang ada gangguan di vena dalam atau vena yang ada di antara vena dalam dan permukaan juga terganggu, itu bisa masuk dalam kategori CVI," ungkap Dedy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan gejala dari CVI sangat beragam. Ada yang mengalami nyeri, timbul bengkak, hipertensi vena, hingga muncul ulkus atau luka terbuka yang tak kunjung sembuh.

"Sebelum ada gejala, kalau memang sangat berisiko, seperti pekerjaan-pekerjaan buruh atau pekerjaan lain yang membutuhkan berdiri lama atau duduk lama, memang sebaiknya di sela-sela pekerjaan bisa diimbangi dengan berjalan," ujar Dedy.

"Kalau sudah ada keluhan, kita harus sesegera mungkin melakukan evaluasi ke dokter subspesialis vaskular untuk menilai sebetulnya tindakan apa yang tepat untuk kondisi saat ini. Kalau gejalanya masih ringan, kita bisa konservatif. Jadi, kita lakukan edukasi untuk olahraga teratur, menjaga supaya berat badan ideal, menjaga pola makanan yang bergizi. Kemudian, ada beberapa olahraga yang direkomendasikan untuk memperkuat otot betis. Misalnya berenang, bersepeda dan berlari," tambahnya.

Konsultasi ke dokter
Namun, apabila kondisi sudah cukup memburuk, Dedy menjelaskan dokter juga bisa memutuskan untuk melakukan tindakan operasi. Misalnya jika sudah timbul luka yang tak kunjung sembuh atau pasien sudah tidak bisa mendapatkan manfaat apabila menggunakan stoking khusus atau terapi lain.

"Penting sekali kita melakukan evaluasi lebih detail untuk melihat sebetulnya kita harus melakukan tindakan lebih invasif atau tidak. Apakah kita harus melakukan tindakan operatif atau tidak,” papar Dedy. “Jadi, memang ada beberapa teknik operasi. Kita biasanya tidak melakukan operasi yang invasif. Jadi, biasanya karena perkembangan zaman kita sudah mulai berpindah operasinya dengan menggunakan teknik yang minimal invasif. Jadi, tidak lagi operasi yang menakutkan,” jelas Dedy.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus