Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Beda Wisatawan Lokal dan Asing dalam Memilih Makanan Penutup

Wisatawan lokal alias Indonesia dengan pelancong asing pun berlainan lidah soal makanan penutup. Kenapa orang Indonesia suka yang manis?

23 Juni 2018 | 11.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jajanan Pasar di Restoran Collage, Hotel Pullman, Central Park. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tak cuma berbeda selera soal memilih tingkat kematangan daging, wisatawan lokal alias Indonesia dengan pelancong asing pun berlainan lidah soal makanan penutup. “Keduanya punya taste (citarasa) yang tidak sama,” kata Pastry Chef Collage Restaurant Hotel Pullman, Raditya Chandra, saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis, 21 Juni.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perpedaan selera ini dipengaruhi oleh budaya masing-masing negara menyajikan hidangan pencuci mulut. Jamaknya, orang Indonesia, kata Raditya, akan doyan dengan makanan penutup yang bercitarasa sangat manis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Musababnya, beragam penganan khas Nusantara banyak terbuat dari campuran gula aren atau gula merah dan tepung beras. Sensasi gurih hanya tipis terasa bila penganan itu diberi campuran parutan kelapa atau kacang-kacangan.

Raditya mencontohkannya dengan produk-produk jajanan pasar seperti klepon, lapis legit, dan clorot. “Kalau kita lihat, jajanan pasar kita untuk dessert itu memang loyal dengan campuran gula merah,” katanya.

Sedangkan wisatawan asing, khususnya western, lebih doyan dengan citarasa pencuci mulut yang tak manis-manis amat. Semisal memiliki harmonisasi dengan rasa pahit, asam, dan gurih.

Selera ini terbentuk dari kebiasaan mereka memasak dessert menggunakan campuran gula bubuk dengan sari buah. “Sehingga, meski manis, masih ada sensasi rasa lain yang segar,” ujarnya. Bahkan, dalam sajian pencuci mulut yang berbau cokelat-cokelatan pun, koki-koki luar biasa mencampurkannya dengan komplemen lain. 

“Mereka juga umumnya memakai dark chocolate yang masih ada sensasi pahitnya,” ujar Raditya.

Meski demikian, bukan berarti wisatawan asing tak suka dengan penganan penutup khas Indonesia. Di sejumlah hotel yang kerap disambangi ekspatriat, pihak restoran akan menawari tamunya untuk mencicipi menu tradisional Nusantara itu. 

“Mereka rata-rata tertarik. Bahkan ada yang sangat suka,” katanya. Namun tentu kadar manisnya disesuaikan dengan lidah para turis.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus