Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak cuma berbeda selera soal memilih tingkat kematangan daging, wisatawan lokal alias Indonesia dengan pelancong asing pun berlainan lidah soal makanan penutup. “Keduanya punya taste (citarasa) yang tidak sama,” kata Pastry Chef Collage Restaurant Hotel Pullman, Raditya Chandra, saat ditemui di Jakarta Barat, Kamis, 21 Juni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perpedaan selera ini dipengaruhi oleh budaya masing-masing negara menyajikan hidangan pencuci mulut. Jamaknya, orang Indonesia, kata Raditya, akan doyan dengan makanan penutup yang bercitarasa sangat manis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musababnya, beragam penganan khas Nusantara banyak terbuat dari campuran gula aren atau gula merah dan tepung beras. Sensasi gurih hanya tipis terasa bila penganan itu diberi campuran parutan kelapa atau kacang-kacangan.
Raditya mencontohkannya dengan produk-produk jajanan pasar seperti klepon, lapis legit, dan clorot. “Kalau kita lihat, jajanan pasar kita untuk dessert itu memang loyal dengan campuran gula merah,” katanya.
Sedangkan wisatawan asing, khususnya western, lebih doyan dengan citarasa pencuci mulut yang tak manis-manis amat. Semisal memiliki harmonisasi dengan rasa pahit, asam, dan gurih.
Selera ini terbentuk dari kebiasaan mereka memasak dessert menggunakan campuran gula bubuk dengan sari buah. “Sehingga, meski manis, masih ada sensasi rasa lain yang segar,” ujarnya. Bahkan, dalam sajian pencuci mulut yang berbau cokelat-cokelatan pun, koki-koki luar biasa mencampurkannya dengan komplemen lain.
“Mereka juga umumnya memakai dark chocolate yang masih ada sensasi pahitnya,” ujar Raditya.
Meski demikian, bukan berarti wisatawan asing tak suka dengan penganan penutup khas Indonesia. Di sejumlah hotel yang kerap disambangi ekspatriat, pihak restoran akan menawari tamunya untuk mencicipi menu tradisional Nusantara itu.
“Mereka rata-rata tertarik. Bahkan ada yang sangat suka,” katanya. Namun tentu kadar manisnya disesuaikan dengan lidah para turis.