Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Bercinta Saat Tidur? Ini Bedanya dengan Mimpi Basah

Beberapa orang mengalami gangguan yang lebih aneh: bercinta saat tertidur atau sexomnia. Apa bedanya dengan mimpi basah?

13 Maret 2019 | 21.00 WIB

Ilustrasi bercinta. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi bercinta. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan tidur tidak sebatas sleep apnea, insomnia, tidur berjalan, atau teror malam. Beberapa orang mengalami gangguan yang lebih aneh: bercinta saat tertidur atau sexomnia.

Baca: Merasa Sedih Setelah Bercinta dengan Pasangan, Kenali Penyebabnya

Dilansir dari Web MD, sexomnia termasuk parasomnia atau gangguan tidur yang membuat seseorang melakukan gerakan-gerakan yang tidak diinginkan. Ketika hal itu terjadi, otak terperangkap dalam transisi antara kondisi tidur dan bangun seperti parasomnia lainnya, berjalan sambil tidur atau mengigau.

"Ini berbeda dengan mimpi basah. Itu benar-benar perilaku seksual penuh saat tidur,” kata Cramer Bornemann, co-direktur Pusat Gangguan Tidur Regional Minnesota di Minneapolis, Amerika Serikat.

Seseorang yang mengalami sexomnia bisa melakukan masturbasi, mencumbu pasangan, sampai berhubungan seksual seperti dalam kondisi sadar. Tapi dia benar-benar tidur. Kadang-kadang seks saat tidur ini lebih agresif dan cepat daripada seks normal. Ketika terbangun keesokan harinya, ia lupa apa yang ia alami.  

Sexomnia dialami sekitar 7,6 persen populasi di seluruh dunia. Dibandingkan wanita, pria lebih banyak mengalami gangguan ini.

Apa penyebabnya? Seperti gangguan tidur lainnya, sexomnia umumnya disebabkan stres dan kurang tidur. Obat-obatan tertentu juga dapat menimbulkan risiko gangguan ini. 

Bornemann merekomendasikan beberapa jenis perawatan sexomnia, antara lain menjauhi pemicunya seperti alkohol dan obat-obatan. Sebuah studi mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obatan penenang kemungkinan dua kali lebih besar mengalami sexomnia dibandingkan yang tidak.  

Selain itu, lakukan terapi seperti pada sleep apnea, antara lain menurunkan berat badan, berhenti merokok, dan menggunakan mesin continuous positive airway pressure atau CPAP. Penelitian menunjukkan bahwa dengan tidur lebih banyak membantu mengurangi gangguan tidur.

Penderita gangguan ini juga harus berhati-hati pada obat tidur. “Beberapa jenis obat tidur sebenarnya mengaktifkan parasomnia," kata Cramer Bornemann.

Baca: Pria Menolak Bercinta Karena Alasan Ini

WEB MD | TIMES OF INDIA 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus