Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Berkat Batik, Desainer Entin Gartini jadi The Best Designer di Ottawa Award 2021

Desainer Entin Gartini mempopulerkan batik ombak di Kanada, mulai ikut peragaan busana pada 2017.

12 Maret 2021 | 08.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Desainer Entin Gartini (Istimewa)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Desainer asal Indonesia, Entin Gartini, dinobatkan sebagai The Best Desaigner di Ottawa Award  2021, belum lama ini. Penghargaan ini diberikan untuk para pekerja di industri kreatif di Kota Ottawa, Kanada. Ottawa Award digelar setiap tahunnya oleh Faces Magazine Ottawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Entin yang menikah dengan pria Kanada itu mengalahkan 20 karya finalis. Karya yang dia ikutkan dalam kompetisi itu adalah batik ombak yang dikombinasikan dengan motif batik Truntum. Karya itu mendapatkan 100 People's Choice by Voting For The Best Designer.

Batik ombak itu itu awalnya dibuat dalam bentuk sketsa, lalu diaplikasikan dalam pola batik tulis. Entin berkolaborasi dengan pembatik dari Yogyakarta. Ide membuat batik ombak terinspirasi dari keindahan alam pantai dan laut Indonesia, terutama pantai Bali dan Lombok. Jadi, selain batik, dia juga mempopulerkan keindahan destinasi pantai Indonesia ke publik Kanada.

"Sketsa ombak menarasikan keindahan pantai, yang saya olah dengan kombinasi warna warna terang, hingga terpola batik abstrak modern. Berharap motif ombak karyaku bisa lebih dikenal dunia," kata Entin dalam surat elektronik.

Batik ombak menjadi ciri khas karya Entin. Tiga tahun lalu, desainer asal Semarang ini menarik perhatian publik Kanada ketika karyanya dengan tema serupa tampil di Indonesian Fashion in Ottawa 2018. Batik itu juga pernah dipopulerkan selebgram ternama asal Amerika berakun 'panthere_instyle'. Dalam salah satu postingannya, batik ombak Entin diselaraskan dengan sepatu Louboutine dan tas Chanel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Entin memulai kariernya sebagai desainer dengan mengikuti berbagai ajang fashion show, dimulai dari yang kecil di Kota Ottawa hingga ajang besar di Ottawa dan Montreal sejak 2017. Dia mulai menekuni fashion pada 2014-2016 secara otodidak, di sela-sela mengikuti kursus bahasa Prancis dari pemerintah Kanada dan bekerja.  

“Dengan banyak membaca dan belajar menggambar dari online course dari beberapa website dan YouTube akhirnya saya mulai memposting gambar design ke social media dan mendapatkan dua customer pertama, saat itu saya asal menggambar, belum tau bagaimana cara mewujudkan gambar tersebut menjadi baju,” kata dia kepada Tempo, Kamis, 11 Maret 2021.

Saat itu dia menggambar motif batik wayang dan batik Papua. Tapi karena terlalu unik dan artistic, gambar-gambar itu sulit dijadikan karya nyata. Mulai dari situlah dia mulai memikirkan cara agar karya-karyanya bisa diwujudkan jadi karya.

Baca juga: Dian Pelangi dan 5 Desainer Tampil di Pameran Busana Muslim Dunia

“Saya kumpulkan uang sedikit sedikit dari gaji saya untuk membuat satu dua baju, dengan menggunakan jasa pembatik dari Bantul. Saya mengirimkan konsep motif designnya kemudian diproduksi menjadi baju dengan menggunakan jasa penjahit di Semarang dan Jakarta. Setelah melalui proses sampling semua baju dikirim ke Kanada,” ujar dia.

Setelah mengikuti beberapa kali peragaan busana di Ottawa dan Montreal, namanya pun mulai dikenal. Dia mengaku setiap tahun mendapat undangan untuk fashion show di beberapa negara seperti New York, Milan, Paris dan Dubai tetapi tidak memiliki cukup dana.

Busana karya desainer Indonesia Entin Gartini di Kanada (Istimewa)

Menurut dia, sambutan warga Kanada untuk karyanya luar biasa. Dia sering mendapat mention di Instagram setelah peragaan busana.

Meski sudah sering menggelar peragaan di Kanada, Entin mengaku belum pernah ikut acara fashion di Indonesia.

“Nanti kalau pas waktunya tepat saya bisa liburan lama dengan suami dan anak anak, mungkin bisa fashion show di Indonesia sekalian,” kata dia.

Impian Entin selanjutnya adalah memperkenalkan karyanya di negara-negara di Amerika Utara, Eropa, dan Asia untuk pasar yang lebih luas. Dia juga ingin berbagi ilmu dengan start up desainer fashion di Indonesia.

“Ingin mendorong orang orang berbakat yang tidak berkesempatan untuk sekolah fashion design tetapi tetap bisa eksis di dunia fashion kelas dunia,” kata desainer itu. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus