Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedang jenuh dengan film fiksi yang biasa diputar di bioskop atau di televisi? Mengunduh film-film dokumenter di internet bisa menjadi salah satu solusi alternatif. Selain menghibur dan menambah wawasan, film dokumenter yang terkesan sederhana juga dapat merangsang daya kreatif pemirsanya untuk mencoba membuat karya sendiri dengan kameranya.
Libur panjang akhir tahun ini membuka lebar kesempatan untuk mulai memvisualkan gagasan sekaligus menjajal peruntungan di dunia film dokumenter yang sedang hits di media sosial seperti Youtube.
Baca juga:
Balada Hubungan Singkat, Ini yang Harus Dihadapi Julio Iglesias
Hari Ibu, Inilah Saksi Bisu Kongres Perempuan Indonesia I Digelar
Keajaiban Salad: 1 Porsi Sehari, Otak Lebih Muda 11 Tahun
Menurut Tonny Trimarsanto, 47 tahun, pendiri Rumah Dokumenter (gerakan yang mendorong pertumbuhan jaringan dan penguatan apresiasi terhadap film dokumenter, berbasis di Kabupaten Klaten), proses pembuatan film dokumenter secara garis besar dapat dibagi dalam enam tahapan, yaitu:
1. Menterjemahkan Ide
Berbeda dengan film fiksi yang adegan dan jalan ceritanya bisa didesain sesuka hati, semua peristiwa dalam film dokumenter adalah nyata. Sumber ide untuk film dokumenter bisa dari berita, buku bacaan, hasil penelitian, hasil pengamatan lingkungan sosial, dan lain-lain.
“Maka itu pembuat film dokumenter harus melakukan riset untuk mencari tokoh yang dapat mewakili ide cerita,” kata Tonny yang sudah 17 tahun menjadi sutradara film dokumenter dan beberapa karyanya telah meraih penghargaan di festival film tingkat internasional.
2. Mencoba Riset
Riset bisa dilakukan dalam dua cara, yaitu riset pustaka dan riset visual (lapangan). Dalam riset visual, pembuat film dokumenter akan mengumpulkan data yang sesuai dengan ide cerita, mencari tokoh yang akan menjadi narasumber dalam film, menentukan lokasi shooting dan menghitung durasi shooting.
3. Menulis Shooting Script
Dari hasil riset, pembuat film dokumenter punya gambaran konkret tentang karakter dan subyek yang dirangkum dalam sinopsis. Langkah selanjutnya adalah menulis shooting script guna membuat alur cerita untuk menyampaikan pesan dalam film.
4. Merekam Peristiwa
Buat jadwal shooting dan upayakan menepatinya. Dalam proses merekam, pembuat film dokumenter juga harus membayangkan proses editingnya untuk menata urutan adegan yang sedang direkam.
“Setia pada jadwal itu prioritas, harus tepat waktu agar tak kehilangan momen,” kata Tonny yang berpengalaman sebagai periset materi visual dan penata artistik untuk sejumlah film besutan Garin Nugroho pada kurun 1992 - 2000.
5. Pasca-produksi
Meninjau semua materi shooting yang didapat, membuat transkrip wawancara, mengedit script, memotong dan menyusun gambar sesuai dengan informasi-estetik-dramatik, dan menata peristiwa, musik, serta informasi yang harus muncul dominan dalam sepanjang durasi film. “Pasca-produksi adalah fase terakhir yang sangat menantang,” kata Tonny.
6. Berburu Festival
Pembuat film harus dapat mengukur kualitas dan pencapaian karyanya. Setelah itu baru memilih dan mencari festival sebagai ajang untuk membuka akses. Jika film yang dikirimkan ikut diputar dan dikompetisikan, kurator dan festival film dunia akan mudah mengakses. “Sekarang, tiap tahun ada puluhan festival film dunia yang menyodori saya form aplikasi atau sekadar menanyakan karya film baru saya via email,” kata Tonny.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini