Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dede, si ”Manusia Pohon” atau ”Manusia Akar”, rupanya menjadi pertaruhan para dokter Indonesia. Maklumlah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri yang telah meminta agar laki-laki 37 tahun yang ditumbuhi kutil, terutama pada tangan dan kakinya hingga menyerupai tanduk itu, diobati dengan benar. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari juga mendapat pesan serupa dari Presiden. Sebuah tim dokter multidisiplin pun dibentuk.
Semua perhatian itu dipicu tayangan tentang Dede di televisi kabel Discovery Channel. Di situ, Dede diperiksa dokter ahli kulit dari Maryland University, Amerika Serikat, Dr Anthony Gaspari.
Setelah Gaspari mengambil sampel jaringan dan darah Dede, disebutkan bahwa penyebab tumbuhnya kutil adalah human papilloma virus (HPV) tipe 2, yaitu virus biasa penyebab kutil. Nah, yang masih menjadi teka-teki besar adalah sistem kekebalan tubuh Dede. Meski Dede begitu rentan terhadap HPV tipe 2, namun kondisi kesehatan secara keseluruhan relatif baik. Dede tidak pernah terjangkiti penyakit serius lainnya.
Menurut Gaspari, kutil Dede bisa dijinakkan dengan pemberian vitamin A dosis tinggi. Kutil-kutil itu kemudian juga bisa dioperasi. Dengan operasi plastik, Dede bisa mencapai kondisi optimal. Semua proses itu kurang lebih bisa dikerjakan dalam enam bulan.
Sekarang, bukan Gaspari yang menentukan, melainkan tim dokter yang dipimpin Dr. Rachmatdinata, ahli penyakit kulit dan kelamin dari RS Hasan Sadikin, Bandung, tempat Dede dirawat. Sejak pekan lalu, sampel jaringan kutil dan darah sudah diambil. Pemeriksaan DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) yang diambil dari jaringan kutil dilakukan dokter-dokter ahli kanker dari Rumah Sakit Dharmais, Jakarta.
Menurut hasil biopsi jaringan yang diumumkan Dokter Rachmat, Kamis pekan lalu, ternyata hasil pemeriksaan Gaspari tepat. Virus HPV yang menyerang Dede adalah yang tipe 2. Namun, karena daya tahan Dede lemah terhadap serangan tertentu (immunocompromised), maka dia rentan sekali terhadap HPV tipe 2 ini. Sedangkan orang lain bisa tidak terpengaruh sama sekali. ”Kekebalan terhadap HPV memang berbeda-beda,” kata Rachmat.
Yang menjadi kabar gembira, ternyata dari hasil pindai, tanduk (kutil) Dede terpisah dari tulang. Kondisi ini masih sama ketika Dede dirawat di RS Hasan Sadikin sekitar 10 tahun silam. Waktu itu, semua organ dalam tubuhnya dalam keadaan sehat. ”Hanya saja sekarang, ditemukan sedikit gangguan pada parunya,” tutur Rachmat. ”Tulangnya pun sedikit keropos dan kadar protein darah rendah,” tambahnya.
Kini, yang penting adalah memperbaiki kondisi tubuh Dede. Asupan gizinya diperbaiki agar berat badannya juga naik—sekarang sekitar 45 kilogram. Kondisi psikisnya juga lebih stabil. Dede juga dilarang mandi, karena air bisa mengakibatkan kutil-kutil di tubuhnya mengeluarkan bau tak sedap. ”Untuk operasi, menunggu dua dan tiga minggu lagi,” kata Rachmat.
Penyakit Dede ini memang sangat langka: hanya menimpa sekitar satu di antara sejuta orang, juga bukan penyakit keturunan. Semua saudaranya: Rohman, 42 tahun; Rohati (sudah meninggal); Sumati (36), dan Een (34), serta ayah dan ibunya: Ateng (72) dan Engkar (65), tak satu pun yang seperti Dede. Kedua anaknya, Entis dan Entang, juga baik-baik saja.
Menurut Rohman, kutil Dede pertama tumbuh ketika dia masih di kelas dua sekolah dasar. Namun, pada 1990-an kondisinya makin tak terkendali. Istrinya minta cerai pada 1998 karena penyakit yang makin parah itu.
Sebelumnya, Dede sempat diduga menderita epidermodysplasia verruciformis (EV), penyakit kulit ekstrem yang juga ditandai dengan kemunculan kutil-kutil, tapi bewarna merah kecokelatan. Penyebabnya juga HPV, namun EV cenderung menjadi kanker kulit. Jenis penyakit ini yang paling banyak dilaporkan hingga saat ini ada di Eropa Timur, Polandia, dan Amerika. Semuanya 195 kasus.
Ini berarti kabar baik bagi Dede. Salur-saluran mirip akar pada tangan dan tubuhnya kemungkinan besar tidak ganas. Tantangan terbesar adalah menemukan misteri pada sistem imunitas Dede.
Bina Bektiati, Erick Priberkah Hardi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo