Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di Jakarta dan Jawa Barat, juru cukur atau pangkas rambut yang banyak ditemui berasal dari Garut. Mereka tersebar di berbagai pelosok dengan menggunakan label asgar alias asli Garut. Keahlian mereka tidak diragukan lagi. Mereka bisa mencukur di bawah pohon hingga Istana Negara.
Baca: Awal Mula Garut Jadi Pencetak Juru Cukur Rambut
Tapi, teranyata bukan hanya Garut yang dapat mencetak juru cukur andal. Menurut Fatsi Anzani dan Oky Andries, pendiri Chief Barber dan Supplies Co yang menulis buku Peradaban Rambut Nusantara, ada beberapa etnis lain yang juga pencetak juru cukur. Di Sumatra, misalnya, ada etnis Minangkabau. Lalu di timur ada etnis Madura. Tapi jangan lupa, pada zaman dahulu, etnis Tionghoa juga menguasai profesi ini.
Fatsi Anjani mengatakan, lahirnya para juru cukur dari etnis-etnis tersebut biasanya karena kondisi terpaksa. Di Garut, misalnya, penyebaran para tukang cukur terkait dengan pemberontakan DI/TII di era 1940-an yang membuat warganya harus mengungsi ke daerah lain. Untuk bertahan hidup, mereka menjalani profesi juru cukur.
“Begitu juga Minangkabau. Sistem matrilineal yang berlaku di sana memaksa para pria keluar dari kampung halaman, lalu membiayai hidup dengan keahlian mereka sebagai tukang cukur,” kata Fatsi yang keliling ke kota-kota besar di Indonesia untuk melakukan riset mengenai tradisi pangkas rambut di Indonesia.
Di Madura, pola itu juga berlaku. Hanya saja, keterpaksaan mereka keluar dari daerahnya diduga karena konflik yang terjadi lebih tua lagi, yaitu Trunojoyo dan Amangkurat pada abad ke-17. Setelah konflik mereda, mereka tidak kembali ke daerahnya. Para peratau dari Madura ini kemudian menjalani berbagai profesi informal, dari penjual sate hingga juru cukur.
Lalu, profesi juru cukur yang dijalani etnis Tionghoa punya sejarah lebih panjang lagi. Salah satu yang tertua adalah Shin Hua yang ada di Surabaya. Pangkas rambut ini didirikan sejak 2011. “Sampai sekarang masih beroperasi,” kata Edi Kusnanto yang akrab disapa Koh Edi, penerus Shin Hua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Edi, Shin Hua didirikan ayahnya yang saat itu belum lama datang ke Indonesia dari Cina. Setelah menjalani berbagai profesi, ia akhirnya memilih jadi tukang pangkas rambut.
“Banyak tukang pangkas rambut yang belajar sama ayah saya dan sekarang sukses buka pangkas rambut di kota lain, termasuk Jakarta,” kata Edi saat peluncuran buku Peradaban Rambut Nusantara di Perpustakaan Nasional, Senin, 18 Januari 2019.
Baca: Gaya Rambut Reino Barack yang Tak Pernah Berubah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini