Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cara Cek Kesehatan Mental Gratis yang Disediakan Pemerintah

Berikut skema dan tata cara skrining kesehatan mental gratis yang disediakan pemerintah menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin.

2 Februari 2025 | 14.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi - Seorang pengguna aplikasi SatuSehat, pengganti PeduliLindungi, memperlihatkan layar ponselnya saat akan mengakses layanan di Jakarta, Selasa 28 Februari 2023. ANTARA/Andi Firdaus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan segera menerapkan program cek kesehatan mental gratis yang dapat diakses seluruh masyarakat pada Februari ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun menjelaskan skema dan tata cara melakukannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau dulu COVID-19 ada aplikasi Peduli Lindungi, saya imbau sekarang untuk unduh aplikasi SATUSEHAT karena di sana bisa daftar, pilih puskesmasnya di mana dan waktunya kapan. Hasilnya pun nanti akan dikirim secara digital lewat aplikasi SATUSEHAT,” katanya di Jakarta, Minggu, 2 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan skrining kesehatan mental gratis ini terbagi menjadi dua program, untuk usia sekolah dan di luar usia sekolah (di bawah maupun di atas usia sekolah). Pemeriksaan kesehatan mental untuk usia sekolah akan dilakukan di sekolah setiap ajaran baru dimulai. Sementara di luar usia sekolah dapat melakukannya melalui aplikasi, diawali dari pendaftaran hingga pemilihan jadwal skrining.

Pemerintah telah menyiapkan 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik swasta yang tersebar di seluruh Indonesia untuk membantu memfasilitasi pemeriksaan awal kesehatan mental secara gratis tersebut. Kemudian, jadwal pemeriksaan untuk luar usia sekolah dilakukan pada tanggal ulang tahun setiap orang ditambah satu bulan.

“Waktu pemeriksaannya pada saat ulang tahun plus satu bulan. Jadi misal yang ulang tahunnya Januari, Februari, Maret itu boleh sampai April. Ketika datang ke fasilitas kesehatan hanya bawa KTP,” jelas Budi.

Menkes mengatakan skrining akan diberikan dalam bentuk kuesioner yang dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan jiwa atau mental. Perlu dicatat, skrining tersebut merupakan pemeriksaan awal untuk mengungkap adanya indikasi gangguan kesehatan mental, di mana diagnosis lebih lanjut tetap dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan spesifik yang dialami. Program ini diproyeksi menjadi program pemerintah terbesar yang belum pernah dilakukan sebelumnya, melebihi program vaksinasi COVID-19 gratis yang cakupannya mencapai sekitar 200 juta jiwa.

“Ini adalah program terbesar dari Kemenkes dan juga mungkin salah satu dari pemerintah karena cakupannya sampai 280 juta. Akan dibicarakan waktu tepatnya tapi rencananya memang Februari,” jelasnya.

Kesehatan mental remaja
Menkes menyebut saat ini pihaknya sedang mendiskusikan tanggal resmi dibukanya skrining tersebut dengan Presiden Prabowo Subianto dan juga setiap kepala daerah.

“Saya mau menghadap Bapak Presiden dulu, sudah dapat jadwal minggu depan untuk diskusi kapan. Karena ini kan dilakukan di seluruh Indonesia serentak, harus koordinasi sama kepala daerah,” imbuhnya.

Data survei rumah tangga berskala nasional yang dilakukan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) Tahun 2022 menunjukkan satu dari tiga remaja (34,9 persen) atau setara 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Kemudian, satu dari 20 remaja (5,5 persen) atau setara 2,45 juta memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan yang menyediakan dukungan atau konseling masalah emosi dan perilaku dalam 12 bulan terakhir.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus