Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Makanan mengandung gluten hampir tidak bisa dihindari. Gluten sering ditemui di berbagai olahan makanan, seperti gorengan, roti, kue, minuman, hingga makanan berat. Namun, nyatanya konsumsi gluten yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Gluten merupakan jenis protein yang ditemukan pada tanaman gandum dan beberapa biji-bijian lainnya. Gluten terbentuk secara alami, tetapi dapat diekstraksi, dikonsentrasikan, dan ditambahkan ke makanan dan produk lain untuk menambah protein, tekstur, dan rasa. Gluten juga berfungsi sebagai bahan pengikat untuk menyatukan makanan olahan dan memberinya bentuk.
Namun, gluten harus diwaspadai oleh seseorang yang memiliki riwayat alergi gluten atau biasa disebut penyakit celiac. Sedikit saja konsumsinya, maka akan menimbulkan gejala alergi yang kronis. Namun, selain orang-orang yang alergi, kita yang sehat pun harus membatasi konsumsi gluten. Menurut penelitian mengurangi konsumsi gluten dapat memberikan dampak baik ke tubuh, sebaliknya jika konsumsi gluten tidak memperhatikan batas minimal akan menimbulkan masalah kesehatan. Berikut dampak terlalu sering mengonsumsi gluten:
1. Intoleransi Gluten
Dilansir dari Harvard Nutrition Source, beberapa orang memiliki kondisi sensitivitas gluten non-celiac atau disebut juga sebagai enteropati sensitif gluten (GSE). Kondisi ini terjadi dimana seseorang memiliki intoleransi terhadap gluten dengan gejala yang mirip dengan penyakit celiac, tetapi tanpa disertai peningkatan kadar antibodi, bahkan sampai autoimun. Orang-orang yang menderita pada kondisi ini tidak bisa diperiksa dengan tes diagnostik untuk GSE, tetapi penderita bisa dilihat dari gejala yang terus-menerus dan tes diagnostik celiac yang negatif
Penyakit celiac sendiri bisa berakibat merusak usus halus. Pada kondisi tertentu seseorang dapat merasakan pusing, mual dan kembung setelah mengonsumsi makanan mengandung gluten. Bahkan, hal tersebut kemungkinan juga dapat terjadi pada orang yang normal--tidak intoleran terhadap gluten.
2. Alergi Gandum
Berbeda dengan celiac, alergi pada gluten memiliki gejala yang berbeda dengan autoimun. Orang-orang yang alergi gandum-ganduman dapat mengalami gejala pembengkakan atau gatal pada mulut atau tenggorokan, gatal-gatal, mata gatal, sesak napas, mual, diare, kram, dan anafilaksis. Jika setelah makan gluten dan timbul gejala seperti tadi, sebaiknya segera periksa untuk melihat riwayat alergi. Meskipun hasilnya negatif, kemungkinan orang tersebut masih memiliki sensitivitas terhadap gluten. Kondisi ini paling sering terlihat pada anak-anak, yang sebagian besar akan sembuh pada usia dewasa.
3. Dermatitis herpetiformis (DH)
Tak banyak orang yang tahu jika mengonsumsi gluten terlalu sering dapat berujung ruam-ruam di kulit. Biasanya penderita juga akan disertai autoimun juga dengan kulit merah dan gatal hingga dapat menimbulkan lepuh dan benjolan. Meskipun penderita penyakit celiac mungkin menderita DH, kebalikannya tidak selalu terjadi.
4. Menyebabkan Kabut Otak
Gluten yang tidak tercerna dengan baik ditambah dengan intoleransi yang parah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kabut otak. Laporan menunjukkan "kabut otak" dapat terjadi pada orang-orang yang menderita penyakit celiac. Kabut otak ini dapat memicu masalah kesehatan mental. Namun, sayangnya kajian ini masih perlu diperbaiki lagi karena sebagian penelitian bahwa gluten sejatinya tidak memiliki memiliki efek terhadap otak.
5. Ataksia gluten
Jenis gangguan ini sebenarnya hampir sama dengan sebelumnya, yang disebabkan oleh autoimun. Dilansir dari Job Hopkins, gluten secara neurologis akan menyebabkan tubuh menyerang bagian otak sebagai respons terhadap gluten.
SAVINA RIZKY HAMIDA | HARVARD NUTRITION SOURCE | HOPKINS MEDICINE
Pilihan Editor: Inilah Efek Samping Makan Roti Terlalu Banyak Berdasarkan Kandungannya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini