ANDREW Carter kini tidak perlu hidup terasing. Anak lelaki berusia lima tahun itu bangkit kembali dan bisa bermain- main lagi dengan teman sebayanya setelah ke dalam tubuhnya ditranfusikan darah segar dari ari-ari. Sebelumnya, ketika berusia dua setengah tahun, Carter menderita sindrom XPL. Penyakit keturunan ini membuat badannya rentan terhadap penyakit karena tidak mempunyai sistem pertahanan. ''Darah ari-ari bayi itu berkhasiat untuk penyembuhan karena kaya dengan bahan yang dibutuhkan untuk menggalakkan produksi sumsum,'' kata Dokter Pierre Regis Lam Po Tang. Ia mengatakan, darah ari-ari bayi yang baru lahir itu bisa untuk memulihkan penderita leukemia dan rusaknya sel darah pada anak-anak. Lam Po Tang mengungkapkan hasil temuannya itu dalam simposium di Sydney, Australia, Minggu pekan lalu. Menurut ahli darah dan sitogenetik dari Rumah Sakit Anak- Anak Prince of Wales di Sydney ini, kasus Andrew Carter adalah salah satu bukti bahwa darah ari-ari memberi khasiat menyembuhkan. Peristiwanya terjadi pada tahun 1991. Carter menderita penyakit yang tubuhnya gagal membangun imunitas. Mula-mula terhadap Carter dilakukan transplantasi sumsum yang diambil dari adik perempuannya, tetapi gagal. Dokter Lam bersama temannya yang juga ahli darah, Profesor Marcus Vowels, mengatahui ibu Carter sedang hamil tiga bulan. Kemudian mereka menyusun strategi, yakni merancang agar darah dari ari-ari bayi yang akan dilahirkan ibunya itu bisa ditransfusikan untuk tubuh Andrew Carter. Enam bulan kemudian, Oktober 1991, Ashley, adik Carter, lahir. Pada hari itu juga segera ditransfusikan darah ari-ari adiknya itu ke dalam tubuh Carter. Bagaikan ada mukjizat, sumsumnya sebagai organ tubuh yang memproduksi darah sedikit demi sedikit tumbuh normal. Produksi darah mengalir deras. Tidak lama kemudian Carter sudah sanggup bermain bola dan tidak harus menyendiri lagi. Ari-ari atau placenta adalah organ yang tumbuh dalam rahim selama kehamilan. Tugasnya yakni menghubungkan darah yang memasok janin pada ibunya. Organ ini berfungsi sebagai alat pernapasan dan ekskresi bagi janin. Ari-ari juga membawa oksigen dari peredaran darah ibu serta menyalurkan makanan dari darah ibu ke janin. Dalam kasus penyembuhan Andrew Carter, anak ini beruntung karena mendapatkan transfusi dari ari-ari adik kandungnya sendiri, sehingga risiko munculnya daya tolak tubuh bisa dihindarkan. Tetapi kalau terjadi penolakan, maka boleh jadi sumsum mogok memproduksi sel darah. Darah ari-ari sebagai obat merupakan temuan baru. Hingga kini, menurut Lam Po Tang, di seluruh dunia baru ada 15 orang yang menjalani. Sebanyak 12 di antaranya berhasil menjalaninya. Tiga dari transfusi yang berhasil itu ialah pasien yang terkena leukemia. Selain di Australia, pengobatan yang sudah memanfaatkan darah ari-ari juga dilakukan di Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Faktor kegagalannya biasanya terbentur pada tersedianya barang. Apalagi kalau, misalnya, yang dibutuhkan 300 mililiter, ternyata yang tersedia kurang dari itu, akibatnya tubuh tak mampu menarik manfaat. Dari darah ari- ari biasanya hanya bisa diambil sekitar 200 mililiter. Untuk itu metode transfusi darah ari-ari ini, menurut Lam Po Tang, lebih banyak diterapkan pada anak-anak. Sedangkan terhadap penderita dewasa, darah yang tersedia di ari-ari tidak mencukupi. ''Untuk orang dewasa dibutuhkan sedikitnya satu liter,'' kata Lam Po Tang kepada TEMPO. Di New York, Minneapolis, London, dan Paris sudah ada usaha untuk mengumpulkan darah dari ribuan ari-ari, lalu disimpan dalam bank darah khusus. Tapi ini baru dalam tahap penelitian, sebab upaya memerangi daya penolakan tubuh terhadap masuknya darah dari luar itu belum tuntas. Dan yang menjadi masalah lagi adalah mencari darah yang cocok dengan calon penerimanya. Selama ini upayanya baru terbatas pada saudara kandung. Apalagi dalam pelaksanaannya, transfusi harus segera dilakukan sesudah bayi dilahirkan. Malah darah dari tali pusar segera diambil, sedangkan plasenta belum dikeluarkan. Tindakan tersebut harus dilaksanakan saat tubuh pasien penerima belum terlalu lemah, atau terkena infeksi yang membahayakan. Menurut Prof Marcus Vowels, kalau seorang anak kedapatan menderita leukemia dan ibunya dapat segera mengandung lagi untuk menyediakan darah ari-ari baginya, kemungkinan langkah itu tidak menolong. Transfusi lewat darah ari-ari, menurut dokter yang mendalami riset metode pemanfaatan darah ari-ari itu, ada lebihnya dibandingkan dengan melalui transplantasi sumsum. Antara lain, pasien tidak perlu dibius, darah ari-ari tidak mengandung bahan infeksi, atau mungkin penolakan dari tubuh penerima lebih kecil. Temuan Lim Po Tang itu, menurut Prof Ari Hariyanto Reksosiputro, merupakan terobosan baru sehingga diharapkan memberi dampak yang besar terhadap pengobatan leukemia. ''Karena darah ari-ari mempunyai growth factor, yang mampu merangsang pertumbuhan sumsum yang pada gilirannya produksi sel darah akan meningkat,'' katanya. Pada penderita leukemia, menurut ahli darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, sel-sel darah merah dan sel darah putih banyak yang mati. Sel pembekuan darah (trombosit) juga tidak berfungsi. Akibatnya, penderita bisa kekurangan darah dan mengalami infeksi hebat karena ketiadaan sel darah putih. ''Dengan growth factor ini pertumbuhannya akan dipacu lebih tinggi lagi,'' kata Ari Hariyanto. Gatot Triyanto, Indrawan (Jakarta), dan Dewi Anggraini (Sydney)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini