PEKAN lalu Dokter Greg Coodley, asisten profesor di Oregon Health Sciences University, Amerika Serikat, mengumumkan penemuannya. Beta carotene, zat makanan yang terdapat dalam berbagai sayuran dan buah-buahan itu ternyata dapat memperbaiki sistem pertahanan tubuh penderita AIDS. Tahun 1991 Coodley melakukan tes dengan metode double blind terhadap 21 pasien AIDS. Jadi, separuh dari pasien tadi diberi beta carotene dengan dosis 180 mg setiap hari selama empat minggu, sedangkan separuh lagi diberi placebo (obat palsu). Empat minggu berikutnya, pasien yang menerima beta carotene diganti dengan placebo, demikian juga sebaliknya. Dari hasil tes tampak adanya perbedaan statistik yang mencolok pada kadar sel T Helper. ''Kadar sel T Helper pada penerima beta carotene lebih tinggi rata-rata 13%,'' katanya kepada TEMPO. Perbedaan itu dianggapnya sebagai petunjuk ketahanan yang lebih tinggi terhadap AIDS. Menurut ketentuan Departemen Kesehatan AS, seseorang baru disebut mengidap AIDS jika kadar sel T Helper berada di bawah 200 per deciliter darah. Pada orang normal jumlah sel T helper antara 1.000-2.000 per deciliter darah. Sel T Helper (CD4) adalah sel darah putih yang berperan sebagai imunitas tubuh. Jika tubuh defisit sel T Helper, virus apa pun bebas menerobos. Apalagi HIV, virus penyebab AIDS. Tahun 1984 Coodley menguji khasiat beta carotene di Afrika Selatan. Ia memberi suplemen beta carotene pada anak-anak penderita campak. Ternyata anak-anak itu mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik daripada yang tidak menerima suplemen tersebut. Coodley juga pernah melakukan studi serupa pada anak-anak Indonesia. Kesimpulannya juga serupa. ''Anak-anak yang diberi suplemen beta carotene lebih sehat,'' ujar alumni FK Universitas California, San Diego, AS, itu. Ia makin yakin pada hipotesanya ketika melanjutkan studinya di Kanada, karena suplemen beta carotene menaikkan kadar sel T Helper pada orang sehat. Pertengahan 1990 Coodley melanjutkan penelitiannya dengan memberikan beta carotene pada tiga pasien yang terinfeksi HIV (maksudnya, sudah tertulari HIV tetapi belum menampakkan gejala sakit AIDS). Ternyata pada penyakit ini beta carotene juga menunjukkan khasiatnya. Kadar sel T Helper pada pasien menunjukkan peningkatan. Coodley kemudian mengajukan proporsal untuk mengadakan riset terhadap 21 pasien penderita AIDS. Pada saat penelitiannya berjalan, dua pasiennya meninggal. Tetapi bukan karena beta carotene, melainkan AIDS yang diidapnya itu sudah stadium lanjut. Menurut ahli imunologi Prof. Dr. Thomas Kardjito, memang harus jelas yang mana yang meningkat, kualitas atau kuantitas sel T Helper. Jika kuantitasnya yang meningkat, belum tentu meningkatkan imunitas tubuh. ''Tergantung pasien berada pada stadium berapa,'' kata Thomas kepada Kelik M. Nugroho dari TEMPO. Mungkin karena itu kedua pasien Coodley yang parah tadi meninggal. Tetapi beta carotene itu bukan obat utama untuk AIDS, melainkan, menurut Coodley, sebagai suplemen pengobatan anti-AIDS, seperti AZT (azidothymidine). Bulan depan hasil penelitian itu akan dimuat dalam The Journal of Aqcuired Immune Deficiency Syndrome. Pada buah-buahan, beta carotene antara lain ada dalam wortel, manggis, dan rambutan. Juga ada dalam ikan dan sayuran segar. Sri Pudyastuti R. (Jakarta) dan Bambang Harymurti (Washington DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini