Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dari sapi amaq sapi'i

Beberapa penduduk lombok tengah diserang penyakit antraks. penyakit sapi yang gampang menular lewat angin dan air, tiga orang meninggal. para pejabat di sana cemas. (ksh)

27 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUSUN yang tenang itu menjadi agak guncang akhir Februari yang lalu. Beberapa penduduknya terserang penyakit yang di daerah itu disebut "sakit sampi", beberapa hari setelah dua ekor sapi milik seorang penduduk dipotong karena mengidap penyakit yang tidak diketahui. Dalam waktu seminggu, dari Dusun Batu slawang, Desa Pengodang Lombok Tengah, penyakit yang dianggap aneh oleh penduduk tadi menjalar begitu cepat ke kampung-kmpung di sekitar seperti Semalun, Buntut Berang dan Repuk Mayoq. Para penderita di empar dusun tersebut menyebutkan badan mereka bertemperatur tinggi, perut sakit, napas sesak, muntah dan kejangkejang. Di kulit mereka muncul bungkul merah pucat dan mengeluarkan nanah bercampur darah. Telapak tangan seorang anak perempuan terlihat mengelupas dan semacam borok bernanah menempel di sana. Amaq Marzen, penduduk Dusun Semalun, berselimutkan seprei dan berikat kepala sarung bantal, memperlihatkan lengannya yang korengan berwarna kekuning-kuningan. Dari lukanya meluap nanah yang enak saja dilapnya dengan pelepah pisang yang dipungutnya dari tanah berdebu. "Sudah dua kali saya disuntik dan membayar Rp 3.000 di Puskesmas. Tapi tak sembuh juga," tutur Marzen seraya meminta disuntik lagi kepada wartawan yang disangkanya petugas kesehatan. Menurut kabar yang beredar di tengah penduduk, tiga penderita meninggal dunia setelah beberapa hari memakan daging sapi milik Amaq Sapi'i, penduduk Dusun Batu Blawang. Korban pertama Inaq Rabi'ah yang halaman rumahnya dipergunakan sebagai tempat jal. Disusul seorang penduduk dari Repuk Mayoq dan seorang lagi dari Bunut serang. Korban yang jatuh tidak hanya mereka yang mencicipi daging sapi yang sakit tadi, juga mereka yang tidak kebagian daging. Sebuah sumber menduga penyakit yang menyerang itu adalah anthrax, penyakit sapi yang gampang menular lewat angin dan air. G.N.K. Parpisa, dokter Puskesmas Pengadang merupakan orang yang pertama-tama curiga kalau penyakit yang menyerang penduduk itu adalah anthrax. Awal Maret dia mendapat pasien yang penyakitnya hampir sama dengan yang pernah ia temukan ketika bertugas di Sumbawa. Parpisa langsung memberikan laporan. Berdasarkan laporan ini tim gabungan Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan turun ke tempat-tempat kejadian. Mengobati dan memblokir daerah sekitar wabah. Belum Sampai Parpisa sendiri tidak bisa memberikan ketegasan tentang wabah penyakit iru. "Tunggu saja hasil pemeriksaan laboratorium di sogor," katanya hatihati. Dia bilang spesium ternak dan manusia yang terkena penyakit sudah dikirim ke Institut Pertanian Bogor. Tetapi bahan penelitian itu ternyata belum sampai di Bogor. "Sampai saat ini laboratorium pathologi IPB belum menerima spesium ternak maupun manusia dari Lombok," kata Dr. Willy Rumawas M.Sc, dari sagian Pathologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, di kampus Gunung Gede, Bogor. Tapi menurut Willy kuman anthrax memang sangat berbahaya, hingga untuk mencegah penyebarannya binatang yang sakit harus dikubur sedalam minimal 2 meter. Pada dasar lubang harus ditaburi kapur setebal setengah meter. Sesudah itu kapur setebal setengah meter ditebarkan lagi di atas bangkai. Baru kemudian ditimbun dengan tanah. "Begitulah caranya supaya kuman-kumannya mati dan tidak menjalar ke mana-mana Sebab sekalipun ditanam selama 30 tahun, kumannya ternyata tidak mati. Kalau tidak ditanam dengan benar bisa menjalar ke mana-mana," ulasnya. Kata Willy pula, kalau menyerang orang, kuman anthrax akan menyerang kulit. Menimbulkan infeksi dan bisa membunuh penderita. Tentang tiga korban yang telah jatuh di Lombok Tengah itu, dr. Karyono Wiryokosomo, kepala Dinas Kesehatan Lombok Tengah, tak berani memastikan apakah benar-benar karena serangan anthrax. Dia malahan menyebutkan, mereka meninggal mungkin karena panyakit lain. "Kasus ini belum dapat dikatakan wabah dan penyakitnya belum dipastikan anthrax. Tak satu pun penderita yang meninggal. Yang dikirim ke R.SU Praya pun cuma seorang dan sudah dipulangkan," kata Karyono. Dari sumber lain diperoleh keterangan, daerah Lombok Tengah memang rawan penyakit hewan, terutama sapi. Tahun 1979 anthrax pernah menyerang ternak di Kecamatan Praya Barat--10 km dari Batu Blawang. Untung waktu itu wabah bisa cepat diblokir hingga tak sempat menyerang manusia. Para pejabat di Lombok Tengah tampaknya cemas benar kalau-kalau daerah itu terserang anhtrax lagi. Mereka juga cemas kalau-kalau berita tentang orang yang jadi korban setelah makan sapi penyakitan tersebar ke luar daerah. Hingga nama baik sapi potong asal Nusa Tenggara Barat jadi busuk. Kecemasan itu beralasan, sebab dalam keadaan sehat-sehat saja, di pasaran, sapi potong dari daerah itu sudah dapat saingan keras dari sapi Lampung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus