Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Deteksi Risiko Kelainan Jantung saat Olahraga dengan Cara Berikut

Kelainan irama jantung ini tidak bisa diantisipasi tanpa pemeriksaan jantung sehingga sering terjadi kematian mendadak, bahkan pada atlet.

3 Juli 2024 | 20.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pertolongan pertama orang yang terkena Serangan Jantung. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo. 20120403

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Alexandra Gabriella mengatakan perlunya skrining untuk mengetahui risiko adanya kelainan jantung yang bisa dialami atlet profesional saat bertanding.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau mau skrining kelainan masalah jantung disarankan harus ada dari dokter jantung yang bisa menginterpretasikannya, bisa dari EKG, treadmill, atau pemeriksaan USG jantung atau ekokardiografi. Kalau dari EKG-nya ada yang mencurigakan pasti atletnya dikasih tahu,” kata dokter yang biasa disapa Gaby ini, Selasa, 3 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lulusan Universitas Indonesia itu menjelaskan jika irama jantung tidak datang dari sinus nodul SA atau pusat aliran listrik pada jantung maka bisa menyebabkan detak yang cepat dengan irama yang tidak teratur atau disebut aritmia. Kelainan irama jantung ini bisa menyebabkan risiko yang berbahaya, seperti gagal jantung, hingga kematian mendadak jika tidak ditangani dengan baik dalam jangka waktu yang lama.

Wajib pemeriksaan medis
Dokter di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya ini mengatakan atlet memang menjadi populasi khusus di mana saat beraktivitas enzim jantungnya akan meningkat seperti orang yang terkena serangan jantung dengan irama yang cepat. Sayangnya, kelainan irama jantung ini tidak bisa diantisipasi tanpa pemeriksaan jantung sehingga sering terjadi kematian mendadak, bahkan pada atlet. Karena itu, wajib dilakukan pemeriksaan medis berkala untuk memeriksa tekanan darah dan kolesterol atau diberi alat pencegahan jika pasien sering mengalami keluhan pingsan mendadak.

“Tensi enggak boleh tinggi, kurangi rokok, alkohol, LDL (kolesterol jahat) harus di bawah 100, asam urat wanita harus di bawah 6 dan laki-laki di bawah 7, enggak boleh ada diabetes dan gula tinggi, HbA1C-nya harus normal,” jelas Gaby.

Gaby mengatakan jika ada keluhan saat beraktivitas atau berolahraga seperti pandangan gelap, pusing, dan rasa mau pingsan harus berhati-hati dan berhenti melakukan aktivitas sementara. Ganti cairan tubuh dengan segera untuk menghindari terjadinya henti jantung. 

Lakukan pemanasan dengan baik untuk mempersiapkan diri saat ingin melakukan olahraga berat dan deteksi detak jantung menggunakan jam tangan pintar atau alat Echocardiogram portable yang bisa mengirim data rekam jantung langsung ke ponsel. Jika menemukan orang yang meninggal mendadak karena henti jantung, pertolongan yang bisa dilakukan adalah resusitasi jantung paru, yaitu pijat jantung atau kompresi dada hingga bantuan medis datang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus