Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog anak dan keluarga Sani B. Hermawan meminta orang tua mengontrol penggunaan gawai anak dan bukan menganggap sebagai musuh yang harus dihindari. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu mengatakan gawai sekarang telah menjadi bagian dari kegiatan pendidikan dan interaksi sosial anak sehingga penggunaannya tidak bisa sepenuhnya dihindari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Gadget bukan lagi musuh tetapi alat yang harus digunakan dengan bijak. Saat digunakan untuk keperluan sekolah, orang tua justru perlu mendukungnya," kata Sani, Kamis, 30 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalahnya, penggunaan gawai memunculkan distraksi. Anak yang semula menggunakan gawai untuk mengerjakan tugas sekolah bisa tergoda untuk bermain game atau mengakses produk hiburan lain.
Buat kesepakatan dengan anak
Karena itu, Sani menyarankan orang tua membuat kesepakatan dengan anak mengenai jadwal penggunaan gawai untuk belajar dan bermain serta batasan waktunya. Dengan demikian, penggunaan gawai anak tetap terkontrol tanpa membuatnya merasa terlalu terkekang. Orang tua juga bisa menerapkan teknik push and pull dalam mengatur pemakaian gawai anak, memberikan kepercayaan tetapi tetap melakukan pengawasan.
"Jangan sampai anak bilang sudah mengerjakan tugas tetapi hasilnya tidak ada. Orang tua tetap harus melihat proses dan hasilnya," jelasnya.
Mengenai batas usia anak yang dapat menggunakan gawai, ia menjelaskan anak usia sekolah dasar diperbolehkan menggunakan gawai untuk mendukung keperluan sekolah maupun interaksi sosial. Meski demikian, orang tua harus membatasi dan mengawasi penggunaannya.
"Seperti permainan, gadget juga butuh aturan main. Kalau tidak ada aturan justru bisa berantakan. Dengan adanya kesepakatan yang jelas antara orang tua dan anak, penggunaan gadget bisa lebih sehat dan seimbang," tuturnya.