Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dokter: Jika Patah Hati, Periksa Jantung Anda

Patah hati bisa merusak psikis dan fisik kita. Simak kata dokter dampak orang yang patah hati.

15 Juli 2018 | 11.10 WIB

Ilustrasi Patah Hati (Pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi Patah Hati (Pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit YPK Mandiri Jakarta Pusat, Arie Wibowo menjelaskan, patah hati menyerang ventral tegmental yakni, bagian otak yang bertugas memotivasi dan menumbuhkan hawa romantis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Patah hati juga berdampak pada nucleus accumbens dan korteks orbitofrontal, otak bagian depan yang berhubungan dengan fungsi keinginan dan adiksi.

Baca: 3 Jurus Sukses Move On Paska Putus Cinta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bagian lain yang terdampak, kata Arief, korteks insular dan anterior cingulate yang berkaitan dengan rasa sakit dan panik. Jatuh cinta dan patah hati membuat bagian-bagian otak mengalami perubahan fungsi.

“Kortisol yang meninggi dalam jangka panjang merusak sel-sel otak. Kondisi ini membuat otot bengkak, dada sesak, leher terasa kaku, dan akhirnya sistem kekebalan tubuh menurun,” ulas dia.

Pertanyaan yang kemudian muncul, patah hati penyakit fisik atau psikis? “Patah hati itu kondisi psikis yang bisa berdampak pada penyakit fisik. Jika dampaknya ke organ dalam, sebaiknya pasien dibawa ke dokter spesialis penyakit dalam. Kalau tidak berdampak ke kesehatan fisik, silakan konsultasi dengan psikiater atau psikolog,” Arief menambahkan.

Baca: Galau Karena Putus dengan Pasangan? Waktu Anda 11 Minggu

Jika patah hati menurunkan kesehatan fisik, biasanya dokter spesialis penyakit dalam akan bekerja sama dengan psikiater dan psikolog agar pasien mendapat penanganan yang komprehensif. Saat patah hati menindih, pikirkan jantung Anda. Mereka yang patah hati berisiko mengalami penumpukan plak di pembuluh darah jantung.

“Biasanya, mereka yang patah hati malas beraktivitas, makan banyak dan menunya asal-asalan, melampiaskan kekecewaan bersama alkohol dan tembakau. Kalau sudah begini, jantung taruhannya. Segera move on. Cobalah berpikir positif. Tetap jalani pola hidup sehat. Durasi tidur harus dijaga 6 sampai 8 jam per hari. Ini penting untuk menekan produksi hormon kortisol di masa-masa kelam. Jika dada terasa nyeri, segera cek ke dokter,” katanya.

TABLOID BINTANG

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus