Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam alias internis diharapkan menjadi garda terdepan dalam penanganan kanker mulai dari deteksi dini. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Aru Wicaksono Sudoyo mengatakan para internis pun berperan dalam pencegahan pemberian terapi sistemik yang tidak sesuai dengan anggaran yang disediakan BPJS, penanganan komorbid pasien dengan kanker. Internis juga diharapkan bisa melakukan pemantauan jangka panjang (surveillance) setelah pemberian kemoterapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker. "Misalnya ada pasien kanker dari Kalimantan operasi kanker di Jakarta, saat kembali ke Kalimatan, dokter spesialis penyakit dalam adalah garda terdepan dalam mengawasi perkembangan pasien di daerah asal mereka," kata Aru pada konferensi pers The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) pada Sabtu 23 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aru menambahkan bahwa para dokter spesialis penyakit dalam bisa pula membantu mengamati deteksi dini kanker pada pasien di seluruh Indonesia. "Jumlah dokter spesialis penyakt dalam sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bisa jadi pendukung yang bisa mencermati dan menghandle terapi dini pasien," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, data demografis yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), terdapat 5.283 anggota PAPDI hingga 31 Desember 2022. Hal yang menggembirakan persebaran Internis sudah menjangkau 39 propinsi dimulai dari Aceh (156 anggota), Kaltim dan Kaltara (100 anggota), Maluku (17 anggota), Papua Barat (21 anggota), hingga Tanah Papua (43 anggota) hingga akhir tahun 2022. Dalam pendidikannya Internis dibekali modul Hematologi Onkologi Medis sebesar 5 Satuan Kredit Semester (SKS) modul awal dan 4 SKS modul terapan.
Internis pun diharapkan dapat membedakan pasien kanker sudah mempunyai bekal yang cukup dalam menegakkan diagnosis kelainan darah (hematologi) dan keganasan kanker (onkologi), terapi awal, penanganan kedaruratan di bidang hematologi onkologi serta melakukan rujukan ke konsultan yang terkait untuk terapi lanjut. Internis pun diharapkan dapat membedakan pasien kanker stadium dini dan lanjut untuk penentuan terapi selanjutnya. Pada pasien stadium dini dengan kondisi fisik yang baik dapat diarahkan untuk melakukan tindakan pembedahan yang dibutuhkan. Sedangkan pada tumor ganas yang tidak dapat segera dilakukan pembedahan dapat diberikan terapi sistemik terlebih dahulu (kemoterapi, imunoterapi, dsb) untuk meningkatkan resektabilitas tumor tersebut dan mengurangi perdarahan yang timbul saat tindakan operasi.
Dokter penyakit dalam pun perlu menyadari pentingnya pemberian terapi neoadjuvant (kemoterapi sebelum pembedahan) untuk menurunkan stadium kanker, mencegah penyebaran kanker baik secara mikrometastatik ke kelenjar getah bening yang dekat dengan tumor primer maupun penyebaran jauh. Penelitian yang dilakukan di Pusat Kanker Universitas Fudan Shanghai juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kesintasan pasien kanker payudara stadium dini yang mendapatkan terapi neoadjuvant (sebelum pembedahan) dan adjuvant (setelah pembedahan).
Kebutuhan keahlian menangani pasien kanker oleh para dokter spesialis ini pun sangat penting karena usia hidup pasien kanker beberapa tahun terakhir ini semakin panjang. Aru mengatakan ketika dulu pasien yang telah divonis kanker, harapan hidupnya mungkin hanya hitungan bulan, dengan semakin modernnya pengobatan dan ilmu kedokteran para penyintas kanker saat ini memiliki harapan hidup yang jauh lebih lama hingga tahunan. Artinya para dokter dengan latar belakang ilmu berbagai bidang, terutama dokter spesialis penyakit dalam, perlu untuk memantau lebih dalam perkembangan kondisi pasien kanker yang mungkin sudah mendapatkan perawatan atau bahkan pembedahan. "Misi kami, dokter spesialis penyakit dalam bisa mendapat pendidikan klinis soal apa yang terbaru dan bagaimana mengatasi masalah pasien kanker," kata Aru.
Dalam memantau perkembangan para pasien, para internis perlu membekali diri dengan panduan nasional dan internasional sehingga dapat membantu program pemerintah dalam penangggulangan kanker. Beberapa badan internasional yang dapat dijadikan panduan antara lain American Cancer Society serta National Comprehensive Cancer Network (NCCN). Apabila ditemukan kecurigaan dalam deteksi dini pasien risiko tinggi kanker, hendaknya internis segara menegakkan diagnosis pasti kasus keganasan. Sebagai contoh core needle biopsy pada nodul curiga keganasan pada USG maupun mammografi payudara. Temuan nodul paru pada pemeriksaan CT scan thorax perlu ditindaklanjuti dengan bronkoskopi standby biopsi maupun aspirasi jarum transthorakal. Selain itu internis perlu menyarankan pemeriksaan kolonoskopi dan biopsi jika ditemukan riwayat perdarahan saluran cerna bawah berulang dengan faktor risiko kanker usus besar pada keluarga derajat pertama.
Pentingnya dokter dengan latar belakang beragam dalam menangani kanker. Dokter tim multidisiplin itu meliputi onkologi medik (hematologi onkologi), bedah onkologi, radiasi onkologi dan pakar paliatif yang meliputi perawat onkologi dan pekerja sosial. Pasien juga perlu mendapatkan akses konseling untuk kebutuhan psikososial, nutrisi dan perawatan suportif. Penyintas kanker perlu mendapatkan ringkasan perawatan yang komprehensif dan rencana tindak lanjut pada akhir terapi dan dilakukan pemantauan terhadap efek terapi jangka panjang. Kebutuhan rehabilitasi pada pasien dengan kanker perlu dimasukan dalam perawatan jangka panjang. Pelayanan hospice perlu direkomendasikan pada pasien kanker dengan harapan hidup di bawah 6 bulan.
Sebagai tenaga medis yang juga menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat dan Ruang Perawatan Intensif (HCU/ICU), internis diharapkan dapat mengenali berbagai kegawatdaruratan pada pasien kanker dan memberikan terapi segera yang dibutuhkan. Penanganan kegawatdaruratan pasien kanker sejak awal diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan akibat kanker. "Harapannya, pasien kanker bisa merasakan kulitas hidup yang semakin baik. Syukur-syukur bisa bertahan lebih lama," kata Aru.
Untuk meningkatkan kualitas para internis, Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Provinsi DKI Jakarta (PERHOMPEDIN Jaya) kembali menggelar simposium The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM), membahas masa depan penanganan dan manajemen kanker. “Kita menyadari kanker itu makin lama makin banyak di dunia, kita melihatnya makin ke sini makin banyak yang terkena dan sudah stadium lanjut, ini yang menjadi alasan kami kembali menyelenggarakan ROICAM,” ujar Ketua ROICAM ke-10, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ikhwan Rinaldi.
Pada penyelenggaraannya yang ke-10, acara ini dimulai dengan lokakarya yang membahas berbagai topik, meliputi nutrisi pada pasien dengan kanker, tatalaksana trombosis pada kanker, manajemen infeksi pada kanker, hingga persiapan serta penanggulangan efek samping akibat kemoterapi.
Gelaran ini juga membentuk 14 simposium untuk para tenaga medis yang mengangkat topik mulai dari kanker payudara, kanker paru, kanker usus besar, kanker nasofaring, limfoma, hingga penggunaan precision medicine Car -T Cell pada tata laksana limfoma yang agresif.
ROICAM 10 juga mengadakan seminar untuk publik awam dengan topik “Vaksin pada Pasien dengan Kanker”, “Deteksi Dini Kanker”, “Aktivitas Fisik dan Nutrisi pada Pasien dengan Kanker” dengan menghadirkan sejumlah pembicara luar negeri yakni dari St. Vincent Private Hospital Melbourne, Bangkok Hospital, RS Mount Elizabeth Singapura, dan Eulji University Korea.
“Seminar ini juga berfokus melakukan pencegahan dan deteksi dini pada kanker-kanker yang bisa dilakukan pencegahan dan deteksi dini. Kali ini pesertanya lebih dari 500 peserta dan 98 peserta lokakarya yang meningkatkan keterampilan para dokter umum maupun spesialis mengenai kanker ini,” kata Ikhwan.
Adapun acara yang bertajuk “Satu Dekade Roicam: Memperkuat Peran Internis dalam Tata Laksana Penyakit Kanker dengan Tim Multidisiplin untuk Pelayanan Kanker yang Berkualitas dan Cost Effective” itu digelar di dua tempat, yaitu RS Kanker Dharmais dan simposium di Hotel Shangri-La Jakarta, pada 22-24 September 2023.
Pilihan Editor: Deretan Tes untuk Mendiagnosis Sarkoma Tulang