"SISTEM medis tradisonal di desa-desa Indonesia dan bagian Asia
lainnya adalah suatu sistem yang sungguh-sungguh berjalan. Dapat
menolong orang terhindar dari penyakit." Ini bukan propaganda
kaum dukun. Yang mengatakan ini adalah Dr. David Mitchell,
seorang ahli dari Australia yang bekerja pada Bagian Kesehatan
Mental Departemen Kesehatan Victoria.
Obat tradisional mulai mendapat perhatian yang luas di kalangan
para sarjana Australia, terutama setelah berlangsungnya
International Conference on Traditional Asian Medicine tahun
1979 di Canberra. Antara 22 Juli sampai 5 Agustus yang baru
lalu berlangsung pula seminar obat tradisional yang disponsori
Asosiasi Australia-lndonesia bekerjasama dengan Pusat Studi Asia
Tenggara di Universitas Monash, Melbourne. David Mitchell dalam
seminar itu membicarakan topik "Tradisi Pengobatan Indonesia
--Paduan Antara Lama dan Baru".
Mitchell adalah anggota Program Pasca Sarjana Sukarela Australia
yang pernah bekerja tiga kali di desa-desa Indonesia. Dua kali
di Sumba Barat dan sekali di Bali dalam tahun 1975. Dia bekerja
di tengah masyarakat desa sambil mengamati teknik pengobatan
tradisional dengan ditemani istrinya, Tuti Gunawan, ahli
antropologi kelahiran Indonesia.
Menurut pengamatannya, dengan obat tradisional rakyat Indonesia
tentu saja ada yang tetap sakit atau meninggal. Sama dengan yang
terjadi di Barat. Sehingga sistem dukun sebenarnya tidak beda
dengan sistem ilmu kedokteran modern.
Ketika bekerja di Indonesia Mitchell sangat terkesan dengan
kemahiran orang Sumba dalam menyembuhkan penyakit puru (luka
bernanah). Obatnya adalah tepung yang dibuat dari arang sabut
kelapa. Dalam menangani berbagai penyakit dia dan dukun setempat
saling berkonsultasi. "Kami saling menghormati. Kadang-kadang
saya yang menang dalam menangani sebuah kasus penyakit. Tapi
terkadang dukunnya yang berhasil," katanya.
"Saya yakin bahwa satu sistem yang profesional dalam merujuk
pasien dari dokter ke dukun, dan sebaliknya, sudah pada
tempatnya dikembangkan. Masing-masing pihak dapat mempelajari
keistimewaan pihak lain. Dan dua jalur pertukaran pasien bisa
berfaedah," ulasnya.
Hal ini dia tarik dari pengalamannya sendiri dalam bekerjasama
dengan dukun Indonesia. Menurut sarjana Australia itu kalau
orang desa Indonesia patah tulang, mereka minta dia untuk
menyembuhkan luka luar. Tetapi untuk menyembuhkan patah
tulangnya sendiri mereka minta tolong pada dukun.
Selain Mitchell, dalam seminar itu juga berbicara Muninjaya,
seorang sarjana Indonesia yang sedang memperdalam pengetahuannya
di Universitas Sidney. Dokter asal Bali itu memberikan tinjauan
ilmu kedokteran modern dalam pelayanan kesehatan. Linda Connor,
seorang ahli antropologi dari Universitas Sidney mengetengahkan
pengamatannya mengenai "perantara roh" yang terdiri dari wanita
Bali. Sedangkan Tuti Gunawan membicarakan bagaimana orang desa
Indonesia melancarkan aksi massal dalam menghadapi wabah
penyakit.
"Tujuan dan seminar ini adalah untuk membuat perdebatan yang
konstruktif mengenai obat tradisional berlangsung terus," kata
Noana Connor kepada koresponden TEMPO di Australia, Robin
Osborn.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini