Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sore Terakhir Seorang Capa

Halomoan Sihombing Silaban, seorang polisi di Medan meninggal karena tertembak Joni, anaknya sendiri, yang berusia 10 tahun. Si anak tetap akan diperiksa polisi.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SORE itu Halomoan Sihombing Silaban pulang dari bertugas. Ia menenteng bungkusan dengan wajah yang ceria. Begitu membuka pintu rumah petaknya - dibelakang kompleks Makotabes Polri Medan, di Jalan Bali -- ia berteriak "Mari, mari makan. Makan, ayo makan." Ibunya yang juga tinggal serumah menolak. Namun Sihombing bersikeras. Ia ingin seisi rumah makan bersama. Sihombing pun membuka bungkusannya. "Ini saya bawa makanan. Ada daging enak sekali," katanya. Rupanya, ia ingin merayakan kelulusannya hari itu, 25 Juli, sebagai capa (calon perwira) Polri. Lantas tikar pun digelar di ruang depan yang juga sebagai ruang tamu. Dan mereka -- Sihombing, ibunya, bersama istri dan ketiga anaknya -- menyanta makanan itu. Setelah mandi-mandi di pemandian umum tak jauh dari tempat tinggalnya bersama anak bungsu kesayangannya, Joni, capa Polri itu ingin beristirahat. Tapi ketika hendak memasuki kamar tidur, Joni telah mengacungkan pistol yang biasa dipakai ayahnya bertugas. Senjata itu tiba-tiba meledak. Sebuah peluru menembus kening Sihombing, ia langsung menghembuskan napas terakhir. Keluarga itu geger. Semua meraung. Tapi raung penyesalan Joni lebih keras lagi. "Papa papa, sayalah yang bersalah," katanya. SD Kelas 4 Anak berusai 10 tahun itu segera diangkut ke kantor polisi -- tapi segera dibebaskan. Karena untuk sementara dianggap Joni menembak ayahnya dengan tak sengaja. Setelah peristiwa itu murid SD kelas 4 itu, seperti kehilangan akal ia selalu meronta-ronta dan berteriak "Papa papa, sayalah yang bersalah." Seingat Boru Siahaan, istri almarhum suaminya tak pernah memberi kesempatan anaknya memegang pistol dinasnya, Colt 38 itu. Setelah diperiksa, polisi menemukan dua butir peluru yang tak meletus dan selongsong peluru yang sempat merenggut nyawa Sihombing. Dua butir yang tak meletus itu rupanya terjatuh ketika Joni Hamonangan memutar-mutar tempat pelurunya. Sehari setelah musibah itu, Joni diungsikan ke rumah famili almarhum ayahnya. "Supaya tidak terus-menerus teringat peristiwa hitam itu," kata ibunya. Pekan lalu ia sudah berangsur baik. Tapi, "Joni akan tetap diperiksa secara hukum," kata Kadapol II Sum-Ut Brigjen Pol Montolalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus