Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Etalase Kuliner Padang-Bukittingi, 8 Menu yang Paling Hit

Jalur mudik (dan arus balik) di sepanjang jalur utama Padang - Bukittinggi seperti etelase kuliner khas Sumatera Barat.

19 Juni 2018 | 16.00 WIB

Ni Er sedang mengambil lauk untuk pelanggan di warungnya, Bukittinggi, Sumatera Barat, Desember lalu. Tempo/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Ni Er sedang mengambil lauk untuk pelanggan di warungnya, Bukittinggi, Sumatera Barat, Desember lalu. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Padang - Jalur mudik (dan arus balik) di sepanjang jalur utama Padang – Bukittinggi seperti etelase kuliner khas Sumatera Barat. Di rute sejauh sekitar 100 kilometer ini beragam pilihan makanan tersedia lengkap, mulai dari sarapan, kudapan hingga makanan berat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Oh ya, jangan lupakan minuman teh telur, jenis kuliner khas ranah Minang. Ini seperti menjadi menu wajib.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dengan beragam jenis kuliner tersebut, jalur kemacetan ini seperti mendapat imbangan sepadan. Kelelahan pengemudi bisa terobati dengan beragam pilihan santapan yang ada.

Mari kita urut setu per satu.

1. Bengkuang di Duku, Padang.

Perjalanan dimulai dari Padang pemudik dapat membeli buah yang menjadi ikon kota Padang, yaitu bengkuang. Buah ini ada di kawasan Duku yang terletak di batas kota.

Di sana, belasan penjaja bengkuang hadir di sepanjang jalan selepas Pasar Lubuk Buaya. Belilah barang serenjeng (untai) untuk buah tangan kepada sanak famili di kampung. Harganya pun tidak mahal, mulai dari Rp20 ribu hingga Rp40 ribu. Rasanya manis.

2. Kue dan Cemilan di Pasar Lubuk Alung.

Sekitar 20 menit meninggal batas kota Padang (sekitar 20 kilometer) terdapat persinggahan yang menawarkan beragam kue dan camilan tradisional. Di sana para ibu penjaja makanan menggunakan baki yang diselimuti plastik untuk alas pisang rebus, telur asin, dan gorengan khas Pariaman, yaitu sala lauak.

"Balilah pak, buk, pisang abuih, talua asin," (belilah pak ibu pisang rebus, telur asin), demikian sergah mereka ucap mereka menawarkan dagangannya.

Ada pula pisang kepok rebus yang masih panas dengan aroma harum dan rasanya yang manis sebagai pengganjal perut. Sedangkan telur asin bisa sebagai penambah tenaga.

Bagi yang belum sempat makan, di sini tersedia pula rumah makan dengan menu spesifik ikan bakar. Ada pula jus pinang.

3. Makan Besar di Kiambang.

Sekitar 10 kilometer kemudian, tibalah anda di Kiambang. Di kawasan ini terdapat beberapa rumah makan dengan beragam menu khas Minang. Menu ikan bakar, misalnya, langsung ditangkap dari kolam.

Daerah ini memang dikenal sebagai tempat budidaya ikan air tawar.

4. Durian Pasar Kayu Tanam

Tempat ini berjarak 11 kilometer dari Puncak Kiambang. Beragam camilan tradisional kemblai bisa dijumpai di sini sebagaimana di Pasar Lubuk Alung.

Namun yang istimewa di Kayu Tanam adalah “penampilan” durian. Raja buah ini dikenal besar, lezat dan harum. Jika sedang musim akan terpajang di sisi kiri dan kanan jalan.

5. Perkedel jagung (paragede), Lembah Anai.

Hanya 8 kilometer dari Pasar Kayu Tanam, pemudik akan memasuki kawasan Cagar Alam Lembah Anai yang sejuk dan segar. Tentu saja ikon di sini adalah perbukitan, hutan, dan air terjun Lembah Anai yang berada di sisi kiri jalan Padang-Bukittinggi.

Nah, sebelum memasuki Lembah Anai terdapat pangkalan penjual perkedel jagung atau paragede hangat yang gurih dan terasa jagungnya. "Paragede jaguang angek, paragede jaguang angek," (perkedel jagung hangat), demikian teriak penjaja kepada penumpang bermobil yang berhenti di pangkalan.

Dengan latar hawa dingin, kudapan ini memang mengundang selera. Paduan jagung muda yang manis, gurih, dan hangat, cocok untuk tubuh yang mulai disergap hawa adem .

6. Sate, SilaingSate padang. getlostmagz.com

Selepas Lembah Anai dengan medan yang penuh tanjakan dan turunan, tujuh kilometer kemudian tibalah anda di kawasan Silaing yang terkenal dengan sate. Dua lokasi sate ternama di kawasan ini adalah Sate Mak Syukur dan Sate Saiyo. Kuahnya khas berwarna kuning kecoklatan.

Sate Mak Syukur merupakan kuliner legendaris di jalur Padang – Bukitinggi. Tak heran menu ini menjadi incaran pengemudi untuk bersantap sembari melepas penat.

Rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden Jokowi pernah menikmati kelezatan sate yang diracik dari daging sapi asal Padang Panjang ini.

Sepiring sate panas beralaskan daun pisang dengan puluhan tusuk sate tersaji di atasnya. Kuahnya disajikan di piring lain, bersama ketupat untuk masing-masing orang.

Setiap orang bisa mengambil sate sepuasnya, ada yang berupa potongan daging ada pula yang pakai lemak. Potongan daging sapinya besar-besar dan akan terasa asap sisa pembakaran.

Dengan kuah sate tak terlalu pedas, dan melimpah di tiap piring, tak heran jika tempat ini selalu ramai, apalagi saat libur Lebaran. Para perantau yang pulang kampong, tak akan melewatkan menu ini.

7. Sambalado Cangkuak, Koto Tuo Panyalain

Bagi yang ingin melanjutkan perjalan ke Bukittinggi dari Silaing ke arah Koto Baru terdapat rumah makan yang juga cukup popular, yaitu RM Aia Badarun. Lokasinya di di Koto Tuo Panyalaian.

Menu khas di tempat ini adalah samba lado cangkuak, asam padeh tarang-tarang. Di sini pengunjung bisa memilih duduk di kursi atau ingin lesehan.

Deretan aneka lauk dihidangkan dalam piring-piring kecil, akan membuat pengunjung bingung mana yang akan disantap lebih dulu. Saking banyaknya pilihan.

Aneka santapan ikan, mulai dari teri, ikan mas, patin, belut goreng cabai hijau, beragam sayuran, urap, gado-gado, semuanya nikmat. Jangan lupa makan di sini ditutup dengan sepiring bubur kampiun atau kolak candil yang juga lezat.

Selepas RM Aia Badarun masih ada satu camilan khas di Koto Baru yaitu bika si Mariana yang pas disantap selagi panas. Sejuknya udara di kaki Gunung Marapi yang ada di kawasan itu menjadi saat tepat menyantap bika manis dan hangat.

Terbuat dari adonan sederhana yang terdiri atas tepung beras, kelapa parut dan gula, bika dimasak dengan tungku menggunakan kayu bakar. Menikmati bika nan harum ditemani segelas kopi atau teh hangat, sembaru menyaksikan proses pembuatannya, menjadi pengalaman tak terlupakan di kaki Gunung Marapi ini.

8. Nasi Kapau, Bukittinggi

Dari Koto Baru dengan menempuh 20 menit perjalanan atau 12 kilometer pemudik sudah tiba di Kota Bukittinggi yang juga kaya akan beragam kuliner.

Jika masih sanggup mari bergerilya menyantap nasi kapau di Los Lambuang, itiak lado mudo (itik cabai hijau) di Ngarai Sianok, ampiang dadiah, pisang kapik dan lainnya.

Berwisata dari Padang ke Bukittinggi tak perlu khwatir berangkat dengan kondisi lapar karena sepanjang jalan tersaji penganan dengan dua citarasa yaitu yang enak dan enak sekali.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus