Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hepatitis akut dan berat beberapa waktu terakhir dilaporkan dialami anak-anak di beberapa negara, termasuk Inggris, Irlandia Utara, Spanyol, Amerika Serikat, dan Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyebab masalah kesehatan belum diketahui secara pasti karena virus umum yang menyebabkan hepatitis akut belum terdeteksi pada pasien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu hipotesis utama WHO yakni adenovirus atau sekelompok virus umum yang menyebar pada orang-orang dan menyebabkan gejala pernapasan, muntah, dan diare pada anak-anak. Namun, faktor-faktor seperti peningkatan kerentanan di kalangan anak kecil setelah tingkat sirkulasi adenovirus yang lebih rendah selama pandemi COVID-19, potensi munculnya adenovirus baru, serta koinfeksi Covid-19, masih diselidiki lebih lanjut oleh WHO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Spesialis anak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Annisa Rahmania Yulman, menyebutkan gejala awal hepatitis biasanya menyangkut masalah di saluran cerna, seperti nyeri perut, mual, muntah, demam hingga diare. Diare ditandai frekuensi buang air besar (BAB) tiga kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lebih cair daripada biasanya. Tinja bisa hanya berupa air saja atau air dengan ampas.
"Pada anak kecil (bayi di bawah usia 6 bulan) biasanya frekuensi BAB-nya cukup sering tetapi lihat perubahan konsistensinya. Mungkin awalnya ampas kemudian berubah menjadi air. Tetapi kalau rata-rata 1 tahun, biasanya kalau frekuensinya sudah lebih dari tiga kali atau lebih dalam sehari sudah disebut diare," ujar Annisa.
Kemudian, apabila gejala-gejala awal tidak segera mendapatkan penanganan, maka bisa memberat yang ditandai mata terlihat kuning, perubahan warna urine menjadi lebih pekat dan coklat seperti teh, hingga penurunan kesadaran. Perubahan warna tinja yang menjadi lebih pucat atau putih keabu-abuan juga termasuk gejala bila hepatitis memberat. Warna feses yang dianggap normal yakni kuning cerah, kuning kecoklatan, kuning kehijauan, kuning oranye.
Annisa menuturkan hepatitis merupakan peradangan pada hati sehingga menimbulkan kerusakan sel-sel hati yang berfungsi untuk metabolisme tubuh, detoks racun, dan lainnya.
"Setelah sel hati rusak, nanti bisa berakibat paling berat adalah sel hati tidak bisa berfungsi lagi dan tidak kembali ke normal, yang disebut hepatitis akut berat," tuturnya.
Umumnya hepatitis disebabkan virus hepatitis A, B, C, D hingga E, obat-obatan tertentu, dan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan peradangan hati. Annisa menyarankan orang tua yang menemukan satu atau lebih gejala awal hepatitis pada anak segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan.
"Sekarang ini karena sedang ada Kejadian Luar Biasa (KLB), orang tua yang menemukan anaknya satu atau lebih gejala langsung ke faskes untuk mendapatkan penanganan lanjut karena bila sudah masuk fase lanjut kadang-kadang lebih susah diobati dan sulit kembali sehat," jelasnya.
Terkait tatalaksana, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan sesuai gejala untuk melindungi hati pasien. Kemudian, bila ditemukan ada virus spesifik maka pemberian antivirus spesifik juga bisa dilakukan.
Baca juga: Beda Hepatitis A sampai E