Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kedokteran jiwa Lisdayanti mengatakan gangguan cemas memiliki gejala mirip depresi sehingga bisa saling tumpang tindih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sebenarnya cemas dan depresi ini merupakan dua gangguan yang saling overlapping atau tumpang tindih. Overlapping-nya bisa dilihat secara gejala itu mirip, seperti satu uang dengan dua sisi," kata Lisda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) itu menjelaskan baik depresi maupun gangguan kecemasan memiliki gejala utama berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi, dan kelelahan. Perbedaannya, orang yang mengalami gangguan kecemasan biasanya susah tidur sedangkan yang depresi biasanya bangun lebih cepat, misalnya pukul 03 atau 04 pagi dan sulit tidur lagi.
Ia juga mengatakan orang yang depresi cenderung tidak bersemangat beraktivitas sedangkan orang dengan gangguan kecemasan biasanya mengalami ketegangan yang berlebihan. Selain gejala utama tersebut, orang depresi juga cenderung merasa tidak berguna atau putus asa, kehilangan minat, mengalami perubahan nafsu makan, dan keinginan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.
Sementara orang yang mengalami gangguan kecemasan cenderung lebih sensitif dan kompulsif atau mengerjakan sesuatu secara berulang. Selain itu, mereka juga kerap menghindari sesuatu yang menjadi sumber ketakutan serta mengalami serangan panik.
Macam pengobatan
Psikiater yang berpraktik di RSKD Duren Sawit Jakarta itu juga menjelaskan gangguan cemas memiliki beberapa jenis, di antaranya fobia, gangguan kecemasan umum atau generalized anxiety disorder (GAD), reaksi stres akut, gangguan penyesuaian, gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Untuk terapi gangguan cemas, ia mengatakan penderita pada umumnya akan diberi obat antidepresan berupa fluoxetine, sertraline, paroxetine, fluvoxamine, dan escitalopram, serta anxiolitik berupa golongan benzodiazepin.
"Kemudian pada pasiennya kita ajarkan untuk relaksasi. Salah satu yang paling mudah itu dengan teknik napas, yaitu tarik napas panjang, kemudian dikeluarkan pelan-pelan, berulang kali sampai pasien menjadi tenang," kata Lisda. "Untuk psikoterapinya itu sesuai gangguannya. Misalnya pada fobia ular, ada yang pertama diperlihatkan gambar ular, diperlihatkan ular plastik, sampai akhirnya melihat ular secara langsung. Selain itu, untuk gangguan cemas juga ada TMS (transcranial magnetic stimulation)."