Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warga keturunan Tionghoa di Indonesia memperingati Hari Bakcang atau Peh Cun pada Senin, 18 Juni 2018. Peringatan itu dirayakan rutin setiap tahun pada hari kelima bulan lima penanggalan Lunar atau kalender Imlek.
Baca: 3 Kuliner Tradisional yang Tak Boleh Dilewatkan di Blitar
Kulineran di Djoyoboyo Food Terminal Surabaya yang Instagenic
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bakcang, yang dalam bahasa Indonesia disebut bacang, adalah makanan yang terbuat dari beras atau ketan, lalu dibungkus dengan daun bambu. Penganan ini sudah cukup familiar bagi masyarakat di Tanah Air lantaran kerap dijual di pasar-pasar tradisional, sejajar dengan kudapan lain seperti lumpia dan pastel.
Hari Bakcang sejatinya dirayakan untuk memperingati keberadaan makanan yang ternyata bersejarah. Konon, lahirnya bakcang tak lepas dari peringatan untuk mengenang tokoh Cina bernama Qu Yuan.
Pengamat budaya Tionghoa, Suwarni, mengatakan Yuan dikenal sebagai pejabat penting yang cukup berpengaruh di Negeri Tirai Bambu. “Bukan menteri, tapi ia seperti menteri perannya,” kata Suwarni saat dihubungi Tempo pada Minggu, 17 Juni 2018.
Yuan adalah tokoh yang berhasil mempersatukan enam negeri. Enam negeri itu bersatu menjadi Negeri Cho dan menyerang Negeri Chien yang dianggap mengancam.Bakcang. youube.com
Sayangnya, warga Negeri Chien menyerang balik dengan menyebar fitnah sehingga Yuan terusir dari negerinya sendiri. Yuan diasingkan. Pada tahun 278, saat mendekam di pengasingan, ia mendengar kabar bahwa pasukan Chien menyerbu ibu kota negaranya. Yuan pun meluapkan amarah dengan menuliskan sajak berjudul Li Sao yang berarti Jatuh dalam Kesukaran.
Selepas menulis sajak, Yuan menunggang perahu di Sungai Bek Lo dan menceburkan dirinya. “Penduduk di sana khawatir dengan Yuan yang akan dimakan ikan. Lalu mereka melemparkan bakcang ke sungai sambil menabuh genderang supaya ikan-ikan tidak makan Yuan,” ujar Suwarni.
Kegiatan melempar bakcang lantas menjadi ritus yang dilakukan terus-menerus setiap tahun untuk mengenang jasa Yuan. Bahkan sampai sekarang.
Bukan cuma sarat nilai sejarah, bentuk penganan yang memiliki empat sudut itu menyimpan makna filosofis. Sudut pertama berarti zhi zu. Artinya ialah merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Bisa bermakna pula bahwa orang tak boleh serakah.
Sudut kedua ialah gan en atau bersyukur. Artinya, orang tidak boleh iri dengan apa pun yang dimiliki sesamanya. Sedangkan sudut ketiga berarti shan jie atau pikiran positif. Maksudnya, orang harus menilai sesamanya dari sisi baik.
Sisi terakhir dari bakcang yakni sisi keempat adalah bao rong yang berarti merangku. Ini dimaksudkan supaya manusia mampu mengembangkan cinta kasih kepada sesama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini