Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hari Kesehatan Mental Sedunia: Sejarah dan Tema Tahun Ini

Selama pandemi masalah kesehatan mental meningkat. 60 persen orang mengalami depresi, dengan lebih dari 40 persen disertai keinginan bunuh diri

10 Oktober 2021 | 12.58 WIB

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)
Perbesar
Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) atau Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati setiap tahunnya pada 10 Oktober. Peringatan ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat umum akan pentingnya kesehatan jiwa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sejarah Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dimulai pada tahun 1992 sebagai kegiatan tahunan Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH) oleh Wakil Sekretaris Jenderal kala itu, Richard Hunter. Melansir dari laman WFMH, HKJS awalnya tidak memiliki tema khusus. Pada tiga tahun pertama, peringatan HKJS ditandai dengan dua jam siaran televisi secara global melalui sistem satelit badan informasi Amerika Serikat.

 

Pada 1994, atas saran Sekretaris Jenderal Eugene Brody, HKJS memiliki tema pertama yakni "Meningkatkan Kualitas Layanan Kesehatan Mental di Seluruh Dunia". Setahun kemudian, peringatan HKJS ditandai dengan berbagai peristiwa internasional, mulai dari serangkaian acara selama sebulan di Mesir, konferensi yang diadakan oleh Federasi Prancis untuk Kesehatan Mental di Kementerian Kesehatan, hingga perayaan komunitas di Kepulauan Mikronesia kecil di Pasifik.

 

Tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mengeluarkan Buku Panduan tentang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2021. Dalam buku panduan tersebut, disebutkan bahwa tema HKJS 2021 adalah “Mental Health in An Unequal World” atau Kesetaraan Dalam Kesehatan Jiwa Untuk Semua.

 

Di masa pandemi Covid-19, masalah kesehatan mental terus meningkat. Lebih dari 60 persen orang mengalami depresi, dengan lebih dari 40 persen disertai dengan ide bunuh diri. Selain itu, lebih dari 60 persen mengalami gejala ansietas dan lebih dari 70 persen dengan gangguan stres pasca trauma.

 

Sayangnya, tingginya masalah kesehatan jiwa belum diimbangi dengan ketersediaan fasilitas pelayanan dan pengobatan kesehatan jiwa. Studi menyebutkan bahwa hanya sekitar 27 persen partisipan yang pernah mengakses layanan kesehatan mental Kemenkes telah melakukan berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) maupun orang dengan gangguan Jiwa (ODGJ).

 

Sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan mental, Kemenkes mengadakan kegiatan webinar pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan dalam tiga sesi, yakni sesi anak remaja, dewasa lansia dan NAPZA.

Catatan redaksi: 

Jika Anda memiliki pemikiran bunuh diri atau mengetahui ada orang yang mencoba bunuh diri, segera hubungi psikolog dan psikiater terdekat. Akses laman www.intothelightid.org/cari untuk mendapatkan layanan kesehatan mental. Pertolongan pertama bagi orang dengan pemikiran bunuh diri juga dapat dibaca di www.intothelightid.org/tolong.

Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri juga dapat menghubungi Yayasan Pulih di nomor telepon (021) 78842580. Ada pula Hotline Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan di nomor telepon (021) 500454, dan LSM Jangan Bunuh Diri di nomor telepon (021) 9696 9293.

SITI NUR RAHMAWATI

Baca juga:

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus