Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serial Layangan Putus yang dibintangi oleh Putri Marino, Reza Rahadian, dan Anya Geraldine di WeTV sedang naik daun. Dalam kisah cinta segitiga ini, tokoh Aris yang diperankan oleh Reza Rahadian mencerminkan sosok laki-laki yang kalem, namun diam-diam berselingkuh dengan Lydia (Anya Geraldine).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak penonton bersimpati kepada istri Aris, Kinan yang dimainkan oleh Putri Marino. Bahkan tak jarang para penonton terbawa emosi dengan meluapkan kekesalan mereka terhadap Aris dan Lydia di media sosial. Inti dari cerita Layangan Putus ini adalah cinta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebenarnya ada banyak karakter cinta. Para filsuf, mulai dari Plato, Aristoteles, dan St. Augustine mengembangkan ide menarik tentang cinta. Mereka membedakan antara eros (keinginan yang penuh gairah), philia (persahabatan), dan agape (cinta persaudaraan universal).
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan, Dito Anurogo mengatakan, berangkat dari makna cinta yang disampaikan para filsuf, maka cinta ibarat ramuan yang memabukkan dengan komposisi keinginan, perhatian, ekstasi, dan kecemburuan yang berakar dari hati manusia.
Filosofi cinta dari filsuf, penyair, dan kritikus sastra, Troy Jollimore berfokus pada penyediaan romansa asmara yang menjelaskan kontradiksi yang sering ditemukan ketika memeriksa sifat cinta. "Cinta menjadi emosi moral dan sumber potensi imoralitas," kata Dito mengutip Troy Jollimore. "Emosi yang mendorong pandangan jernih di beberapa konteks dan delusi pada orang lain, dan emosi yang melibatkan, dalam cara yang signifikan, baik alasan maupun tidak."
Filsuf lain, seperti Susan Wolf, menunjukkan, meski ada perbedaan di tahap awal, berbagai jenis cinta cenderung tumbuh lebih mirip dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan ada esensi cinta yang mendasari dan dibagi.
Semua paradigma filosofis tentang cinta ini menyarankan beberapa pembelajaran pragmatis. Pertama, cinta itu kompleks dan ambigu. Kedua, cinta melibatkan kerentanan alias berisiko. "Semua ciri-ciri cinta yang disebutkan di atas, meliputi hasrat, nilai, komitmen, perhatian, menciptakan kerentanan. Cinta membuat kita membuka diri untuk orang lain, menunjukkan bagian profunda dari jiwa kita, dan berharap dukungan dan perhatian yang kita rasakan untuk mereka apresiasi," kata Dito.
Apakah Aris dalam serial Layangan Putus mengalami cinta buta?
Dito Anurogo mengatakan, konsep "cinta itu buta" itu cenderung cacat, meski mengandung kebenaran. "Ini serupa simalakama," katanya. Berikut alasannya:
- Pertama, mencintai orang lain berarti menempatkan mereka di pusat dunia Anda.
- Kedua, cinta menerangi hal-hal yang sebelumnya tidak kita lihat alias buta. Dan kita melihat dunia dalam redupnya "cahaya cinta".
- Ketiga, semua peristiwa yang dialami bersama orang yang kita cintai dan ia mencintai kita, sepahit apapun, akan terasa manis.
- Keempat, cinta tidak hanya mengubah cara kita melihat kekasih dan dunia secara positif, tetapi cinta juga membuat kita tidak melihat, tidak memperhatikan, atau tidak bereaksi terhadap aspek-aspek tertentu dari dunia.
"Lantaran cinta itu membutakan, khususnya untuk banyak hal selain yang dicintai, kekasih sering tidak mampu secara objektif melihat kekurangan maupun kerusakan yang dilakukan orang yang dicintainya kepada orang lain," kata Dito. "Keadaan ini membuat cinta menjadi posesif, eksklusif, destruktif, lalu eksplosif."
Baca juga:
Reza Rahadian Tak Menyangka Layangan Putus Jadi Serial Drama Paling Hits
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.