Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Henti Jantung Bisa Disebabkan Karena Diare, Ini Kata Dokter

Henti jantung tidak selalu disebabkan karena adanya riwayat penyakit jantung pasien, tapi juga karena diare. Ini kata dokter.

8 Mei 2020 | 08.15 WIB

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Perbesar
Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit henti jantung tidak selalu disebabkan karena adanya riwayat penyakit jantung pada pasien. Pasien henti jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti diare yang berakibat pada kekurangan cairan berlebih, Tension pneumothorax, dan berbagai riwayat penyakit lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai contoh, jika pembuluh darah kekurangan cairan, maka pembuluh darah akan kekurangan oksigen sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Jika pasien mengalami tension pneumothorax, maka pasien akan mengalami kondisi dimana udara yang terkumpul pada rongga pleura tidak dapat keluar namun udara dari dinding dada dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut sehingga akan menekan paru-paru dan jantung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Jika pasien telah ditemukan riwayat penyakit yang menyebabkan henti jantung, maka pasien tersebut akan diberikan treatment atau pengobatan definitif (utama) yang berbeda bergantung pada riwayat penyakitnya

Jika pasien henti jantung didiagnosis mengalami serangan jantung, maka pasien masih dapat dibantu melalui kateterisasi jantung. Jika pasien mengalami kekurangan cairan, maka pasien akan diberikan cairan agar jantung bisa bekerja. “Semua penyebab henti jantung akan dievaluasi untuk diberikan tindakan medis yang tepat,” ujar Dokter Spesialis Jantung Primaya Hospital Bekasi Timur, Ivan Noersyid dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 7 Mei 2020.

“Untuk pasien dengan riwayat penyakit jantung, diharapkan pasien tersebut tidak melakukan aktivitas atau olahraga berat agar terhindar dari henti jantung,” ujar Ivan Noersyid.

Terdapat dua kategori pasien dalam melakukan pencegahan henti jantung. Kategori pertama adalah untuk pasien preventif primer bagi seseorang yang tidak memiliki gejala penyakit apapun tapi orang tersebut berusia lebih dari 40 tahun, memiliki faktor risiko seperti tensi tinggi, memiliki riwayat keturunan jantung, memiliki riwayat merokok dan meminum alkohol, atau riwayat yang berpotensi henti jantung lainnya. Untuk seseorang dengan kategori tersebut, sebaiknya dilakukan medical check up secara rutin dan melakukan pola hidup sehat.

Kategori kedua adalah preventif sekunder dimana pasien tersebut sudah memiliki penyakit sebelumnya, seperti riwayat penyakit jantung, stroke, gula, dan sebagainya. Pasien dalam kategori ini harus melakukan pengobatan secara disiplin sesuai dengan anjuran dokter.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, pasien tetap harus melakukan konsultasi dengan dokter terutama untuk penyakit yang memang harus segera ditangani atau diobati. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti telemedicine atau konsultasi dokter secara online. “Intinya pasien harus mengikuti anjuran dokter dan rutin meminum obat untuk melakukan penyembuhan terhadap sebuah penyakit dan hindari stres berlebih,” ujar Ivan Noersyid.

Untuk menghindari henti jantung, lakukan pola hidup sehat dengan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol dan rutin berolahraga minimum 40 menit untuk membakar gula dan lemak. Hindari merokok, meminum alkohol, dan makan makanan tinggi gula. Lakukan pola tidur yang cukup minimal 8 jam dalam sehari.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus