UMURNYA baru 6 bulan. Tanggal 24 April yang lalu seluruh dunia
menyaksikan potretnya yang disiarkan kantor berita, AP, ketika
pengadilan di Kota Louisville, Kentucky (Amerika Serikat)
mengesahkan pengangkatannya oleh seorang ayah. Dia duduk di
sebelah boneka kelinci yang besar. Sama saja dengan bocah lain,
ia lucu dan membuat Drang gemas melihat mata dan pipinya yang
tembem. Tapi jangan tanyakan namanya. Ini rahasia.
Untuk menjaga hubungan antara dia dan orang tuanya jangan sampai
terbongkar, namanya mungkin tetap akan dirahasiakan sampai tua.
Sebab caranya lahir ke dunia ini memang lain. Dia bukan bayi
tabung. Ia lahir dari seorang ibu yan dikontrak untuk
mengandunginya.
Sejak beberapa waktu yang lalu di AS, terutama di negara bagian
Kentucky, bermunculan ibu-ibu kontrakan. Mereka siap menyediakan
rahimnya untuk mengandung bagi sepasang suami-istri yang gagal
punya anak. Menyebutkan mereka sebagai ibu kontrakan
kedenarannya terlalu berbau bisnis. Sekalipun mereka memang
mendapat bayaran untuk itu.
Para dokter menyebutkan mereka ihu pengganti. Karena peranannya
memang menggantikan istri yang kebetulan tak subur. Caranya,
sperma dari si suami diinseminasikan ke kandungan si ibu
pengganti tadi. Kalau sudah terjadi pemhuahan, si ibu pengganti
dibiarkan mengandung janin tadi sampai jabang bayi dilahirkan.
Si ibu pengganti kemudian menerima upah bersih, antara US$ 5.000
sampai US$ 15.000. Ongkos melahirkan ditanggung suami-istri yang
memesan. "Anda diharapkan membayar lebih untuk seorang ahli
mesin," kata Dr. Richard Lein, seorang pialang ibu pengganti.
Di Louisville sampai bulan Juli 1980 diketahui sedang mengandung
2 ibu pengganti. Seorang pekerjaannya sekretaris. Seorang lagi
ahli mesin. Dua-duanya bersuami.
Seorang wanita kalau ingin menjadi ibu pengganti harus punya
anak lebih dulu, kata Levin. Dia memiliki beberapa orang calon
untuk itu. Pada dasarnya wanita-wanita itu adalah orang yang
bangga bahwa dia telah berhasil mengerjakan pekerjaan yang
paling berharga di dunia ini. Mereka merasa tidak saja telah
memberikan seorang anak pada sepasang suami istri yang
mengharapkan anak. Tetapi juga bangga karena telah memberikan
hadiah yang sebenarnya tak bisa dinilai dengan dollar.
Merasa ikut berbahagia setelah melahirkan jabang bayi hasil
inseminasi sperma suami orang lain, di antara ibu pengganti itu
ada yang senang untuk melakukan pekerjaan itu berkali-kali. "Ada
wanita yang memang senang kalau hamil," kata seorang calon ibu
pengganti.
Mereka merasa menjadi penting karena mengandung untuk orang
lain. Siaran televisi yang menceritakan tentang apa yang telah
mereka perbuat, malahan menjadi perangsang pula. Mereka merasa
perkasa karena berhasil memenuhi idaman orang lain.
Namun di antara ibu pengganti atau ibu kontrakan itu ada juga
yang merasa kesal. "Saya tak mau membohongi diri saya sendiri,
bahwa saya sebenarnya kesal," kata salah seorang ibu pengganti
yang dipialangi Richard Levin. Wanita itu bekerja sebagai
karyawan rumah sakit di Louisville. Soalnya sudah berkali-kali
sperma dari suami disemprotkan kerahimnya, tapi belum jadi-jadi
juga. Padahal dia begitu ideal. Semua yang ada padanya serba
persis dengan istri dari pasangan mandul yang telah memesannya.
Baik tinggi badan, warna rambut, suku bangsa maupun agama.
Bagi sepasang suami istri, hubungan dcngan anak angkat mereka
bagaimanapun masih dipisahkan oleh sebuah jarak. Sekarang ini
para ahli di AS sedang berusaha untuk memotong jarak itu dan
membuat hubungan tadi menjadi lebih mantap. Untuk mencapai
tingkat itu para sarjana di sana sedang mencari jalan untuk
melaksanakan apa yang disebut artiticial embryonation atau
pembenihan buatan.
Langkah itu sebenarnya merupakan kelanjutan dari sistem ibu
kontrakan. Caranya dengan memindahkan benih yang sudah tumbuh di
kandungan si ibu kontrakan itu ke rahim si ibu yang tidak subur.
Benih Operan
Metode ini bukan mustahil. Karena rahim seorang wanita
kelihatannya dapat menerima benih operan dari luar. Jika metode
ini kelak berhasil, dia tidak saja akan menolong pasangan yang
mandul. Ibu-ibu yang suka keguguran pun bisa ditolong dengan
memindahkan benihnya kepada ibu pengganti. Begitu juga ibu yang
tiba-tiba meninggal benihnya akan bisa diselamatkan.
Sampai sekarang belum ada yang berhasil memindahkan benih
manusia. Sekalipun dalam industri peternakan pekerjaan itu sudah
dilaksanakan dengan sukses sejak 10 tahun yang lalu. Sapi yan
subur disuntik hormon untuk merangsang keluarnya telur. Yang
keluar bukan hanya satu, kadang-kadang sampai 30. Lantas sperma
diinseminasikan. Setelah terjadi pembuahan, benih itu lantas
diciduk dan "ditanamkan" ke rahim sapi betina yang tidak subur.
Dua ahli bersaudara (Randolph dan Richard Seed) yang sudah
bekerja 7 tahun dalam pemindahan benih ternak, sedang mencoba
pemindahan benih pada wanita di klinik mereka di Chicago.
Kabarnya seorang ibu kontrakan sudah hamil. Tapi mereka belum
siap memindahkannya ke rahim wanita yang kepingin punya anak.
Rupanya mereka digoda pikiran apakah pekerjaan itu etis atau
tidak.
Seed bersaudara sedang bersiap-sia melaporkan pekerjaan mereka
ke Ethic Advisory Board (dewan penasihat etik' untuk minta
pertimbangan. Ketikc James C. Gaither, ketua dewan etik di tanya
mengenai rencana Seed tadi di mengatakan: "Dewan belum bisa
menila karena pekerjaan mereka terdahulu bar meliputi binatang
ternak."
Bagaimanapun Seed bersaudara sege ra akan mencoba untuk
melahirkan bay pindahan yang pertama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini