Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melarang anak yang belum berusia 24 bulan atau dua tahun bermain gawai. Alasannya, gawai menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan otak anak, juga membuat anak kehilangan kesempatan melakukan banyak kegiatan positif.
Baca: Mau Anak Anda Percaya Diri? Intip Saran Dokter Anak Ini
Di usia sebelum dua tahun, WHO menyarankan agar anak lebih banyak melakukan kegiatan interaksi dengan orang tua atau pengasuh dan bermain yang mengasah kemampuan sensorik mereka. Berinteraksi dengan pengasuh dan orang tua memberikan kesempatan pada bayi dan balita untuk mengembangkan kemampuan bahasa, serta melatih kepekaan sosial dan emosional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka dengan bereksplorasi, menyentuh, memegang, mencium, merasakan, atau bahkan membentur-benturkan benda-benda yang aman seperti mainan, makanan, atau benda lain di sekeliling mereka. Dan tidak ada satupun perkembangan positif ini yang bisa tumbuh ketika seorang bayi dan balita asyik menatap layar gawai. Bermain gawai adalah kegiatan pasif yang hanya melibatkan satu atau dua indra sensorik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya untuk bayi, bermain gawai juga tidak dianjurkan untuk orang tua dan pengasuh yang memiliki anak di bawah usia dua tahun. Dikutip dari laman BabyCenter, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika ada televisi di belakangnya, orang tua cenderung kurang berinteraksi dengan anak.
“Dua penelitian lainnya mengamati bahwa semakin orang tua sibuk dengan ponselnya, semakin kurang pula ikatan yang dibangun dengan anak-anaknya,” tulis laman BabyCenter.
Baca: Membesarkan Anak dengan Gentle Parenting, Apa Saja Prinsipnya?
TABLOIDBINTANG.COM