Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyelenggarakan Sub Pekan Imunisasi Nasional Polio (Sub PIN Polio) secara serentak sejak, Senin, 15 Januari 2024. Langkah ini diambil untuk mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit polio setelah ditemukan kasus lumpuh layu di Kabupaten Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur, serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman Kemenkes, munisasi tambahan juga dilaksanakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang berdekatan langsung dengan Kabupaten Klaten di mana kasus polio baru-baru ini ditemukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Walau di DIY tidak ada kasus, yang menjadi perhatian kita adalah adanya sirkulasi virus di kabupaten tetangga, serupa dengan di Aceh, di mana kita juga melakukan imunisasi tambahan di Sumatera Utara," sebut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu saat konferensi pers, Jumat pekan lalu.
Imunisasi ini dilaksanakan untuk sasaran usia 0-7 tahun 11 bulan 29 hari tanpa memandang status. Pemberian imunisasi akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu putaran pertama dimulai pada 15 Januari 2024, dan putaran kedua dimulai pada 19 Februari 2024.
Untuk mencegah penyebaran polio, pemerintah telah menyiapkan vaksin terbaru, yaitu Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 (nOPV2). Vaksin ini diberikan melalui mulut sebanyak dua tetes, dengan jeda minimal satu bulan. Program imunisasi ini juga akan mencakup satuan pendidikan mulai dari PAUD/TK hingga SD/sederajat.
Dilansir dari Kids Health, polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. Polio dianggap menakutkan karena dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian. Setelah vaksin polio diperkenalkan oleh dokter pada 1950-an, jumlah kasus polio mengalami penurunan dengan cepat.
Banyak orang yang terinfeksi penyakit polio tidak menunjukkan gejala yang jelas. Beberapa hanya mengalami gejala ringan seperti flu, sehingga mungkin tidak menyadari bahwa mereka terkena polio. Gejala-gejala ini dapat mencakup infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, demam, diare, mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, dan perasaan umum tidak enak badan.
Dalam kasus yang jarang terjadi, virus polio dapat menyerang otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan gejala yang lebih serius, seperti meningitis dengan sakit kepala parah, leher kaku, dan kepekaan terhadap cahaya. Selain itu, virus ini dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan otot, yang dapat membahayakan jika memengaruhi otot pernapasan dan menyebabkan kesulitan bernapas.
Penyakit polio sangat menular dan dapat menyebar melalui air liur atau kotoran. Seseorang dapat tertular melalui kontak langsung dengan kotoran orang yang terinfeksi, bersin atau batuk orang yang terinfeksi, atau mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus. Bahkan orang yang tidak menunjukkan gejala pun dapat menularkan virus polio kepada orang lain.
Pilihan editor: 4 Daerah di Indonesia yang Pernah Alami KLB Polio