ORANG yang lapang dada tak perlu takut serangan jantung. Maksud "lapang dada" di sini tak cuma kiasan: jalan darah di jantung tak tersumbat lemak yang menyempitkan pembuluh darah. Dokter, yang menyebut penyumbatan itu atherosclerosis, punya cara perbaikan yang kini sudah tersohor: buka dada pasien, dan pasangkan -- sebagai saluran pintas sebuah pembuluh baru yang bebas dari lemak. Bedah yang terkenal disebut by pass surgery itu laris. Di Amerika Serikat saja tak kurang 300.000 operasi bedah seperti ini dilakukan setahunnya. Tapi kemudian diketahui: lemak bisa bandel. Terbukti 15 tahun setelah operasi dilakukan, lemak kembali menumpuk pada pembuluh pintas yang dicangkokkan. Ancaman kali ini lebih mencemaskan karena tak mungkin melakukan pemintasan kedua kalinya. Operasi begini sudah merupakan bisnis besar, maka orang terus mencari cara menekan risiko penyumbatan kedua itu. Dalam metode lama, pembuluh pintas yang dicangkokkan diambil dari vena (pembuluh darah balik) di betis. Pertimbangannya, proses penyembuhan akibat pemotongan vena betis ini termasuk cepat. Kini ada teknik lain. Pembuluh pintas tak diambil dari vena betis, melainkan dari arteri mamaria internal, yakni sepasang pembuluh darah yang terletak di bagian dada. Teknik ini dinilai lebih unggul. Sejauh ini, diketahui tak terjadi lagi penyumbatan kembali. Tak mengherankan bila metode ini kian sering dipakai. Menurut survei American Heart Association yang dipublikasikan awal Agustus lalu, hampir 80% dari bedah pintas koroner di Amerika Serikat (tahun 1987 sampai pertengahan 1988) mencangkokkan arteri mamaria internal. Di tahun 1986, dari 284.000 bedah pintas koroner di negara itu, hanya 67.000 operasi yang memanfaatkan arteri mamaria internal. Di Indonesia, teknik mencangkokkan arteri mamaria internal baru saja diperkenalkan. Beberapa bulan lalu, ahli bedah jantung dr. Tarmizi Hakim mencobakannya di RS Harapan Kita, Jakarta. Hasilnya cukup baik. Ia menyatakan akan mengembangkan terus metode ini. Pencangkokan arteri mamaria internal dalam bedah pintas koroner sebenarnya bukan teknik baru. Metode ini ditemukan ahli bedah jantung Dr. George E. Green di New York University, Amerika Serikat, di awal tahun 60-an. Namun, ia masih memerlukan waktu sekitar t0 tahun untuk mengembangkannya. Menjelang tahun 1970, Green melengkapi seluruh metode ini di St. Luke's-Roosevelt Hospital Center, New York. Tapi metode Green ini tak segera populer. Keraguan muncul karena masih dipertanyakan mengapa penumpukan lemak justru tidak terjadi pada arteri mamaria internal. Di samping tu, pencangkokan arteri mamaria internal cukup sulit. Pencangkokan ini memerlukan operasi mikro. Ukuran pembuluh ini sangat kecil. Diameternya sekitar 2 mm. Pada percobaan awal, pencangkokan arteri mamaria internal juga ternyata mengakibatkan serangan sakit dada pada dua minggu pertama. Penelitian, untungnya, tak berhenti. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan arteri mamaria internal dengan pembuluh balik betis tampak jelas lima tahun setelah operasi. Penelitian ahli patologi Dr. Frank H. Sims dari Auckland Medical University, Selandia Baru, menunjukkan penumpukan lemak memang tidak terjadi pada arteri mamaria internal. Tapi sampai kini belum jelas kenapa. Jadi, jika Anda ingin lebih berlapang dada dan memerlukan operasi jantung pintas, mungkin Anda kini bisa lebih merasa yakin. Sebagai upaya terakhir, tentu. Jis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini