Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Jika Anak Gagap, Orang Tua Bisa Lakukan 3 Hal Ini

Jika anak mengalami kelainan bicara gagap, ini yang harus dilakukan orang tua bijak.

9 Juni 2021 | 15.07 WIB

Ilustrasi anak gagap. shutterstock.com
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi anak gagap. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kelainan bicara yang paling umum diderita orang adalah gagap, sikap berbicara yang tersendat-sendat mengakibatkan orang lain sulit memahami informasi yang terpotong.

Istilah medis yang menggambarkan kondisi gagap ini disebut stuttering. Kondisi kelainan berbicara ini diakibatkan masalah neurogikal, beberapa kondisi menunjukan seseorang yang berada dalam konsisi gugup juga mengalami gagap. Kecemasan turut menyumbang faktor timbulnya kelainan bicara ini.

Pada saat adanya masalah pada neurogis yang menjadi sasarannya adalah sistem saraf tubuh. Diketahui kondisi gagap terjadi secara struktural, biokimia ataupun elektrik di otak, sumsum tulang belakang atau saraf lainnya. Pada taraf lain, kondisi gagap malah dapat menimbulkan gejala seperti kelumpuhan, kelemahan otot, koordinasi yang buruk, hilangnya  sensasi, kejang, kebingungan, rasa sakit dan tingkat kesadaran yang berubah. Seperti yang disinggung sebelumnya orang yang gugup cenderung mengalami gagap karena berada dalam kondisi karena cemas, akhir dari kecemasan merupakan buah dari ketidakmampuan  mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya.

Pada kondisi perkembangan, gagap menjadi perhatian khusus terlebih pada anak yang sedang berada dalam masa tumbuh kembang. Dalam hal ini terkait kemampuan anak berbicara. Anak yang mengalami stuttering sejak usia 18 bulan sudah dapat dideteksi lebih dini.

Walaupun merupakan hal yang umum, usia anak antara 2 sampai 5 tahun akan sering mengulang kalimat yang sama bahkan kata-kata yang sama ketika berbicara masih dapat dianggap normal sebab anak berusaha mengembangkan kendali otot-ototnya berbicara sesuai pada masa belajar berbicara.

Orang tua secara garis besar dapat memahami bagaimana kondisi stuttering yang terjadi pada anak, umumnya anak yang mengalami stuttering akan secara tiba-tiba kehilangan ide bagaimana ingin ungkapkan  apa yang dirasakannya melalui ucapannya sehingga akan terdengar suara yang tidak satu laikya kata yang terpatah-patah dan terus terjadi pengulangan, pada kondisi tertentu anak sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun dan diikuti reaksi kejang otot diafragma dan begitu juga otot leher. Kondisi otot-otot yang mengejang ini dikarenakan adanya ketidaksamaan koordinasi otot-otot bicara.

Lebih lanjut, kondisi stuttering kian lebih jelas saat anak menduduki usia 4 sampai 5 tahun, dan orang tua sudah harus lebih mawas terhadp perkembangan anak. Pada usia ini anak sudah mengalami perkembangan bahasa yang baik, dengan pemahaman bagus, bahasa ekspresif, penyusunan kalimat, juga sosialisasinya yang lebih luas.

Kondisi gagap  diketahui memiliki beberapa pemicu, faktor yang paling dekat adanya kesalahan parenting orang tua, mengutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), orang tua dengan gaya pendekatan diktator menjadi pemicu timbulnya gagap pada anak. Dimana didikan orang tua disertai pembentakan, tak demokratis (melarang anak berargumentasi). Faktor lainnya disebabkan adanya kerusakan pada belahan otak (Hemisfer). Selanjutnya faktor biologis, yakni keturunan dan juga ada faktor tekanan pada anak seperti stres.

Ada beberapa perilaku yang membantu anak gagap dalam berbicara, lebih halnya keluarga sebagai lingkungan terdekat anak seperti:

  1. Orang tua Jangan Mengintrupsi

Ketika anak yang sedang belajar berbicara semaksimal mungkin untuk mengendalikan otot-otot bicaranya, dalam satu kondisi berulang kali mengulang kata yang sama, walaupun orang tua paham maksud anaknya, ada baiknya tidak mencela sampai anak menyelesaikan maksudnya.

  1. Ajak Anak Berkomunikasi

Komunikasi merupakan hal  penting dalam segala hal, termasuk membangun hubungan simpati pada anak.  Saat berbicara pada anak, orang tua dapat membantu mengajarkan kata-kata tanpa terburu-buru sehingga anak akan menangkap maksud dan kemudian merespon orang tuanya yang berbicara.

Setelah melakukan hal tersebut, dan anak masih mengalami kesulitan berbicara, orang tua dapat membantu menjelaskan kata-kata diikuti dengan gerakan dan ekspresi wajah. Tujuannya supaya meyakin anak bahwa tidak ada yang salah dengan yang ingin diucapkannya.

  1. Mendengarkan Anak

Saat anak belajar bicara orang tua harus berusaha memperhatikan anak yang berbicara walaupun dalam kondisi gagap sebab itu dapat mendorong anak untuk terus melatih kemampuan berbicaranya dan tetap percaya diri.

Orang tua yang memiliki anak yang masih berbicara gagap ada baiknya tidak menuntut anak untuk lancar berbicara, atau menayakan hal-hal terkait kegagapan anak. Orang tua harus meyakini dan selalu menciptakan kondisi yang nyaman dan mendukungnya melalui terapi bicara.

TIKA AYU

Baca: Gagap Bukan Lelucon Bisa Jadi Menderita Tourette Syndrome

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus