Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPEDA motor klasik merek Indian Motorcycle itu berputar-putar di dalam sebuah tong raksasa setinggi sekitar 6 meter. Seorang perempuan dengan rambut terurai mengemudikannya dengan cara yang tak biasa: duduk di atas setang. Setelah beberapa putaran, ia mengangkat kedua tangannya. Meski ia tak menarik gas, sepeda motor tetap bergerak stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atraksi yang dilakukan Karmila Purba itu terekam dalam sebuah video dan dia unggah di media sosial Instagram. Dalam takarirnya, joki tong stand atau tong setan atau roda gila dari Sumatera Utara itu menuliskan bahwa ini pertama kalinya dia mencoba atraksi duduk di setang motor. Ia mempelajarinya setelah bergabung dengan Ken Fox Wall of Death, penyelenggara hiburan tong setan di Inggris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan yang akrab disapa Mila itu bisa bermain roda gila di Inggris lewat kenalannya, Danny, yang dulu pembalap tong setan di sana. Perempuan 26 tahun itu bertemu dengan Danny yang tengah berkunjung ke Indonesia. “Dia bilang bosnya lagi mencari pembalap cewek tong setan di Inggris. Aku bilang, ya sudah aku saja, lah, yang ke sana,” kata Mila kepada Tempo.
Joki tong stand asal Sumatera Utara, Karmila Purba, bermain di tong setan Ken Fox Wall of Death di Inggris. Dok pribadi
Kesempatan itu lantas Mila manfaatkan sebagai batu loncatan untuk menjadi joki tong setan yang mendunia. Sejak April 2024, ia menetap di Inggris. Setiap pekan, ia bersama tim barunya itu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain di Inggris untuk bermain tong setan.
Ketika tiba di Inggris, Mila tak langsung tampil dalam pertunjukan. Ia butuh waktu menyesuaikan diri dengan tunggangannya. Saat di Indonesia, Mila biasanya mengendarai motor Yamaha RX King. Tapi, di Inggris, ia harus beradaptasi dengan motor klasik keluaran 1926 buatan Indian Motorcycle.
Motor itu, Mila menjelaskan, unik lantaran tuas gasnya berada di sebelah kiri setang. Kemudian koplingnya berada di dekat kaki kiri. Sedangkan pedal rem dan gigi transmisinya berada di dekat kaki kanan. Mila mengaku sulit mengendarai motor tersebut. “Aku belajar pertama kali kayak belajar naik motor lagi,” ujarnya.
Setelah dua pekan berlatih, Mila mulai terbiasa. Ia tak segan mengendarai motor itu dan kian luwes melakukan berbagai atraksi di dalam tong setan, dari mengangkat kaki, berdiri, hingga duduk di atas setang.
Perjalanan Mila hingga bisa sampai di Inggris penuh lika-liku. Anak bungsu dari dua bersaudara itu tumbuh besar di Desa Sondi Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Ia awalnya bermimpi berkarier di dunia musik.
Terhambat kendala ekonomi, orang tuanya tak bisa menyanggupi keinginan dia melanjutkan pendidikan ke sekolah musik setelah lulus dari sekolah menengah pertama. Mila akhirnya masuk ke sekolah menengah atas umum. Tapi ia hanya betah sebulan. Ia memutuskan kabur untuk mengadu nasib di Medan. “Itu tiga-empat jam kalau naik bus dari Kampung Sondi Raya,” tuturnya.
Joki tong setan, Devi Apriliani Lubis. FOTO/Instagram/devimakkey18_
Selama di perantauan, Mila pernah menjadi pengamen. Suatu hari, ia menjumpai sebuah pasar malam di Kota Medan dan ada kenalan dari kampungnya yang bekerja di sana. Ia pun tertarik bekerja di pasar malam karena ingin mendapatkan penghasilan tetap. Bos pasar malam itu sempat menolak. Ia khawatir lantaran dunia pasar malam lekat dengan laki-laki.
Mila kemudian diterima bekerja di sana karena teman sekampungnya meyakinkan atasannya bahwa dia akan bertanggung jawab atas keselamatan Mila. Awal bekerja di pasar malam, Mila ditugasi berperan sebagai hantu di wahana rumah hantu. Ia hanya bertahan sebulan. Rasa penasarannya akan tong setan membuat Mila berkeinginan menjajal wahana ekstrem tersebut.
Tak semua pekerja pasar malam itu menyambut baik keinginan Mila. Ia sempat diremehkan. Walau begitu, Mila tak ciut nyali. Semangatnya untuk berlatih kian membara dan ia ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi joki tong setan.
Satu bulan pertama, Mila belajar mengelilingi bagian dasar tong atau yang biasa disebut kuali untuk menghilangkan rasa pusing sambil perlahan melajukan motor ke dinding vertikal. Setelah dia resmi menjadi joki tong stand, banyak pengunjung pasar malam yang kaget. “Karena dari dulu enggak pernah ada cewek. Mereka kayak, ‘Hah?’ Walaupun aku cuma muter-muter, belum melakukan atraksi dan trik lain,” ucapnya.
Joki tong stand asal Sumatera Utara, Karmila Purba. Dok pribadi
Mila mengungkapkan, kehadirannya sebagai joki tong setan perempuan menjadi magnet bagi pengunjung pasar malam saat itu. Pengunjung kian ramai karena mereka mulai tertarik melihat Mila melakukan atraksi di tong raksasa.
Penghasilan Mila pun melesat. Ketika menjadi hantu, ia hanya menerima bayaran Rp 50 ribu sepekan. Setelah menjadi joki, ia bisa mengantongi Rp 500 ribu dan paling sedikit separuhnya bila sedang sepi.
Selain di Sumatera, Mila bermain tong stand hingga ke pasar malam di wilayah Jawa. Namanya dikenal luas setelah diangkat salah satu media internasional. Mila juga memperluas jaringan pertemanan dengan sesama joki tong stand di luar negeri sampai akhirnya mendapat kesempatan mencoba peruntungan di Inggris.
Di balik kesuksesannya menjadi joki tong setan, Mila menuturkan, banyak pula duka yang dia hadapi. Pasar malam yang hanya menetap selama sebulan membuat hidupnya nomaden. Ia mengaku kerap kesulitan mencari tempat tinggal bila sedang berpindah kota. Dia pun kerap tidur di lapangan terbuka.
•••
PEREMPUAN muda lain yang berprofesi pengendara sepeda motor dalam atraksi hiburan rakyat tong setan adalah Devi Apriliani Lubis. Joki tong setan 25 tahun itu pernah bermain di Sindar Raya, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Dalam pertunjukan atraksi tong setan, Devi mengelilingi tembok vertikal berbentuk silinder kayu atau kerucut dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia mengangkat tangan dan menyambar uang sawer yang diberikan penonton.
Tak hanya di Sumatera, Devi beratraksi tong setan hingga ke wilayah Jawa. “Aku pindah-pindah ngikutin pasar malam. Biasanya sampai aku merasa bosan. Kalau sudah bosan, aku kembali ke Medan. Tak ada waktu yang ditetapkan,” kata Devi, yang ketika dihubungi Tempo pada Sabtu, 28 September 2024, sedang berada di Palembang, Sumatera Selatan.
Joki tong setan asal Teluk Kuantan, Riau, Thesa Yendriani Oktari. Dok pribadi
Devi bisa bergabung dengan pengelola pasar malam setelah ia mencari informasi lewat media sosial. Warga Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, itu menapaki karier sebagai joki tong setan sejak 2017. Pada saat itu dia baru tamat sekolah menengah atas.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu memilih hidup berpisah rumah karena kurang akur dengan orang tuanya. Ia bertemu dengan kawannya yang lebih dulu menjadi joki tong setan. Belajar dua pekan di Aceh, akhirnya ia masuk dunia adu kecepatan dan keseimbangan itu.
“Dulu lagi booming-booming-nya pembalap cewek di tong setan. Temanku itu tahu bahwa aku agak tomboi. Dia datang ke rumah, meminta izin orang tuaku. Sejak itulah aku terjun ke tong setan,” tuturnya.
Mulanya, Devi menjelaskan, keluarganya melarang. Alasannya, perempuan tidak pantas menggeluti pekerjaan tersebut. Namun sang ibu mendukung supaya Devi punya pengalaman hidup.
“Kata Mamak, ‘Sudah, biarkan saja dulu. Biar dia tahu kerasnya dunia. Biar tahu dia kerasnya cari duit. Biar dia merasakan pengalamannya sendiri’,” ucapnya mengenang masa itu.
Devi bercerita, sepeda motor yang dia pakai untuk atraksi tong setan tidak dibuat khusus. Motornya masih sama seperti motor umumnya, hanya tidak memiliki rem dan knalpotnya dimodifikasi untuk racing. “Motornya bisa dipakai ke jalan, cuma enggak ada rem dan suaranya berisik, sehingga mengganggu pendengaran orang-orang,” ujarnya.
Devi mengungkapkan, penghasilan dari atraksi tong setan yang membahayakan itu bergantung pada pengelola. Sistem gajinya berbeda-beda. Ada yang didasarkan pada persentase atau jumlah pengunjung pasar malam. “Kalau tongnya ramai, kami gajinya gede banget. Kalau sepi atau sama sekali enggak buka, ya, cuma dapat uang makan,” ucapnya.
Penghasilan paling besar pernah dia peroleh ketika bermain di Tangerang, Banten, yaitu hampir Rp 3 juta dalam satu malam. Di Palembang, yang menjadi tempat dia bermain tong setan saat ini, jumlah penontonnya lumayan banyak. Namun sistem gajinya mingguan. Setiap pekan, Devi mendapat Rp 1,4 juta bersih. “Jadi mau ramai, mau sepi, gajinya segitu,” tutur ibu dua anak itu.
Menurut Devi, ada suka-duka selama menjalani profesi joki tong setan. Sukanya adalah banyak mengenal dan dikenal orang. Ia juga mendapat banyak teman baru dan pengalaman. Devi menjadi mudah berbaur dengan semua orang dan lebih mandiri.
Joki tong setan asal Sumatera Utara, Dira Saragih. Dok pribadi
Adapun duka yang Devi alami adalah jauh dari anak dan keluarga seperti saat ini. “Kami sendirian di perantauan. Tahu, lah, kalau sendirian di perantauan kita harus gimana,” kata Devi yang sedang bermain tong setan di Palembang itu.
Devi yang sudah pernah menikah memilih menjadi ibu tunggal dalam membesarkan kedua anak perempuannya. Anaknya yang besar sekarang berusia 6 tahun dan duduk di bangku kelas I sekolah dasar. Anaknya yang kecil berusia 4 tahun. Keduanya diasuh kerabat di Tebing Tinggi.
Targetnya, sebelum berusia 30 tahun, Devi kembali ke kota kelahiran dan berhenti menjadi joki tong setan. Ia ingin beralih profesi menjadi pedagang agar bisa menghabiskan waktu lebih banyak membesarkan anak-anak.
Devi juga berharap anak-anaknya tidak meneruskan profesinya sebagai joki tong setan. “Karena hidup di lapangan sangat keras. Kalau bisa, mamaknya saja yang mengalami, anaknya jangan,” ucap Devi.
•••
JOKI tong setan perempuan lain, Dira Saragih, menggeluti profesinya tersebut sejak berusia 14 tahun. Perempuan asal Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, itu sebetulnya bercita-cita menjadi pembalap, tapi orang tuanya melarang. Pada usia yang masih belia itu, Dira mengaku sudah pandai menunggangi sepeda motor Yamaha RX King.
Perempuan yang baru akan menginjak usia 21 tahun ini mengaku pernah kabur dari rumah ketika sang ibu melarangnya mengikuti balap motor. Ia kemudian berkunjung ke pasar malam dan mengamati para joki tong setan yang sedang beraksi.
Saat Dira melamar menjadi joki tong setan, pengelola pasar malam melarangnya karena usianya masih belia. Lantaran hampir setiap hari berkunjung, Dira akhirnya dibolehkan ikut berlatih. Para joki tong setan senior mengajarinya mengendarai motor di dalam tong. Mulanya ia hanya belajar mengelilingi area kuali agar kepalanya tidak pusing.
Setelah terbiasa, latihannya perlahan ditingkatkan. Dalam waktu dua pekan, Dira sudah terampil berputar-putar mengelilingi tong setan. Di masa latihan, ia pernah beberapa kali terjatuh. Ia juga tak luput dari ejekan dan sorakan para joki senior yang meremehkannya. “Tapi itu yang membuat aku jadi semangat,” katanya.
Setelah satu bulan berlatih, Dira makin piawai dan menguasai berbagai teknik atraksi. Dilihat dari video-video yang dia unggah di Instagram, Dira mampu melakukan berbagai trik yang cukup nyeleneh. Misalnya, ia mengendarai motor sambil melepas tangan dengan mata tertutup, membuat pose terbang seperti tokoh Superman di atas motornya, hingga berdiri dengan satu kaki di bagian pedal kaki kiri.
Joki tong setan asal Sumatera Utara, Dira Saragih. Dok pribadi
Dira juga kerap menjajal mengendarai berbagai jenis sepeda motor di wahana tong setan. Selain mengendarai RX King, ia menunggangi motor bebek empat tak seperti Astrea, motor matik, dan motor kopling berbodi besar seperti Scorpio.
Meski gagal mengaspal di sirkuit, Dira kini menikmati profesinya sebagai pembalap di wahana roda gila. Penghasilannya bisa mencapai Rp 4-5 juta, itu pun belum termasuk tip. Di akhir pekan, ia bisa mendapat saweran hingga Rp 2 juta dalam semalam. “Kalau hari biasa paling Rp 300-400 ribu,” ujar ibu satu anak ini.
Dira mengatakan alasannya menekuni dunia tong setan bukan sekadar penghasilan. Dia juga ingin dikenal banyak orang lewat profesinya tersebut. Selain punya banyak penggemar di pasar malam, ia memiliki banyak pengikut di dunia maya. Akun Instagram-nya diikuti 153 ribu akun. Ia cukup rajin membuat konten video tentang kegiatannya menjadi joki tong setan.
Thesa Yendriani Oktari juga masih remaja ketika mulai berkarier sebagai joki tong setan. Pada usia 15 tahun, Thesa kerap berkunjung ke pasar malam di dekat rumahnya di Teluk Kuantan, Riau. Ia takjub melihat atraksi joki tong setan dan merasa penasaran.
Perempuan 21 tahun ini lantas berkenalan dengan salah satu joki di sana dan meminta diboncengkan. “Saya penasaran gimana rasanya motor di dinding itu. Diboncengkanlah sama jokinya, terus ketagihan,” tutur Thesa.
Tak puas hanya jadi penumpang, Thesa meminta diajari menunggangi motor di dalam tong setan. Selama sepekan, ia berlatih secara intensif di area kuali. Ia belajar mengitari area tersebut untuk menghilangkan rasa pusing. Secara bertahap, ia mulai belajar membawa motor hingga ke dinding tong yang vertikal.
Thesa mengaku rasa takutnya sudah kalah oleh rasa penasaran. Apalagi, setelah terjun secara profesional, ia malah ketagihan. Selain bisa mendapatkan penghasilan dari keringat sendiri, Thesa makin bersemangat melihat pengunjung pasar malam yang senang menonton pertunjukan tong setan.
Meski sudah mahir berputar-putar di dalam tong, Thesa pun pernah mengalami trauma bermain roda gila. Saat tampil pada 2019, ban motornya pecah. Ia pun terjatuh dari ketinggian yang membuat dagunya terluka dan harus dijahit. “Memar-memar. Kebanyakan kalau jatuh dari tong setan itu luka dalam. Kalau lecet jarang,” katanya.
Selepas insiden itu, ia sempat enggan bermain terlalu tinggi. Keterpurukan itu tak berlangsung lama. Pulih setelah tiga bulan, Thesa mulai berani melajukan motornya hingga ke bibir tong.
Hingga kini, Thesa dikenal luas di dunia pasar malam hingga di luar daerah. Ia pernah bermain tong setan di Medan, Jambi, hingga wilayah Jawa. Ia juga pernah mendapat tawaran bermain roda gila di Papua. Namun tawaran itu ia tolak lantaran jaraknya yang terlampau jauh.
Thesa mengungkapkan, profesi joki tong setan ini bak hobi yang dibayar. Dengan penghasilan per minggu yang bisa mencapai Rp 1,5 juta, ia tak pernah jenuh meski kegiatannya hanya di dalam tong raksasa. Ia menikmati pekerjaan tersebut lantaran membuatnya seperti selebritas.
“Pengunjungnya silih berganti. Kalau ibu-ibu, kadang langsung nyamperin minta berfoto bareng. Ada ibu hamil yang minta dielus-elus perutnya,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Mei Leandha dari Medan berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Atraksi Menantang Joki Tong Setan Perempuan"