MUNGKIN hanya suatu kebetulan, jika tepat pada hari ulng tahunnya yang ke-51 Jumat pekan lalu, Dokter Padmosantjojo menangani kembali kembar siam Yuliana Yuliani. Kepala Bagian Bedah Saraf FKUI/RSCM itu membuka jahitan bekas operasi di kepala mereka operasi yang dilakukan Padmo satu minggu sebelumnya. Si kembar bersama ibu mereka, Hartini,tampak gembira berjumpa Padmo. "Nih, Pakdemu datang," ujar Padmo kepada mereka. Baik Yuliana, yang biasa dipanggil kakak, maupun Yuliani, si adik, memandang gembira Pakde yang baik hati itu. Lalu keduanya ramai berceloteh. Tapi waktu Padmo mulai mengguntingi benang-benang kecil di kepala mereka - secara bergantian - keduanya menangis. Hanya beberapa menit jahitan lalu terlepas dari kulit kepala yang sudah menebal itu. Rupanya, Jumat dua pekan lalu, diam-diam Padmo membuka kembali sayatan operasi pada kepala dua bayi itu. Ini dilakukan untuk mengambil tulang palsu yang ditanam di situ. Tulang palsu (bone cement) itu disusupkan Padmo, tepat pada lubang antar tulang yang terjadi akibat pemisahan kepala keduanya, pada 21 Oktober tahun lalu. Sejak operasi tahun lalu, sebenarnya dr. Padmo sudah memperhitungkan kemungkinan tumbuhnya tulang di bawah bone cement yang ditanamnya. Sebab, di bawah bone cement terdapat sejenis lapisan tulang (periosteum) dan selembar selaput keras tulang (duramater) yang kuat. Duramater, menurut Padmo, mengandung sel-sel osteoblast yang berfungsi mengadakan penulangan. Jadi, tim sudah memperkirakan bahwa nanti bone cement tidak lagi berguna, apabila tulang yang baru tumbuh di bawahnya. Diduga, bone cement akan oleh calon tulang callus. Perkiraan itu benar-benar terbukti. Daerah tempat tulang palsu terlihat menonjol akibat desakan tulang baru, yang tumbuh di bawahnya. Sebetulnya, hal itu tak perlu merisaukan benar, kalau saja tidak terjadi cedera pada kepala. Malang tak dapat ditolak, pada suatu hari, kepala Yuliani terbentur besi ranjang, tepat di daerah penonjolan tadi. Luka. Bahkan kulit di situ bolong. Terjadilah ekspose dengan dunia luar yang tentu saja merepotkan. "Sebab, sekali terjadi ekspose dengan dunia luar, luka itu nggak bisa sembuh, terutama karena terjadi infeksi sekunder. Infeksi itu makin sulit sembuh, karena ada benda asing, seperti bone cement itu," ujar Padmo. Andai kata tidak terbentur pun, lama kelamaan, benda asing itu juga akan menyebabkan peradangan. Dan bone cement itu akan diangkat juga, meski mungkin masih lama. Tapi apa boleh buat, sirkulasi darah yang buruk - akibat dorongan callus di bawahnya--menyebabkan jaringan mudah memar. Lebih-lebih setelah terjadi benturan. Karena memar (kontusio), jaringan semakin mudah jadi membusuk (nekrose). Itulah yang terjadi atas Yuliani, si adik. Kakaknya Yuliana lain lagi. Ternyata, kulit tempelan (flap) yang ditempatkan sebagai penutup daerah bone cement-nya kelewat sempit. Artinya, bone cement lebih besar ketimbang kulit yang menutupinya. Dan kulit itu jadi menyusut, hingga sebagian mengalami nekrose, dan terbuka di bagian belakangnya. Dari situ keluar cairan hingga luka tak kunjung sembuh. "Sebetulnya, pada operasi Oktober lalu, kulit itu sempat direnggangkan. Hanya beberapa minggu, setelah itu susut lagi," kata Padmo. Padmo mencari jalan. "Kita akalin, bagian bawah sub cutan flap kulit itu diiris, supaya bisa meregang lebih lebar," ujarnya lagi. Ternyata, usaha itu tidak menolong, bagian yang terbuka tak merapat. Maka, tengkorak mereka diperiksa kembali, dengan ronsen dan Computer Tomography Scan. Alhamdulillah, ada tanda-tanda bahwa tulang baru sudah terbentuk. Bahkan flap kulit yang ada di atasnya, menjadi dua kali lebih tebal dari sekitarnya. Dengan demikian, Padmo dapat mengangkat tulang palsu, sehingga "kemungkinan pembentukan tulang lebih cepat," ujar Padmo. Hasil operasi dua pekan lalu itu bagus. Tak ada reaksi jelek pada fungsi otak dan tak ada tanda-tanda infeksi. Itu barangkali operasi paling akhir, yang mesti dijalani kedua kembar asal Riau ini. Tiadanya pelindung tulang di sebagian kepala Juga tak perlu dlkhawatirkan. Soalnya, duramater yang utuh dan Qap kulit yang tebal telah cukup sebagai pelindung otak mereka. Lagi pula, menurut Padmo, tak lama lagi daerah bekas bone cement itu akan menutup pula, oleh pertumbuhan tulang yang, secara teoretis, akan sempurna sekitar dua bulan lagi. "Kebetulan pula, sekarang sudah saatnya ubun-ubun mereka mulai menutup. Jadi, pada akhir April nanti, kita berharap semua bagian di kepala mereka sudah rapat kembali," ujar Padmo tersenyum. Hal lain yang menggembirakan adalah jaminan untuk masa depan Yuliana-Yuliani. Menurut dr. Padmo, dana dari para sponsor yang terkumpul buat mereka cukup besar, sementara suami-istri Tularji Hartini juga sudah bisa merasa tenang. Departemen Sosial "meminjamkan" sebuah rumah untuk mereka, sedangkan Tularji sudah punya pekerjaan tetap. Berdasarkan kenyataan itu kini dr. Padmo membolehkan si kembar dibawa pulang - kalau saatnya tiba kelak. Syafiq Basri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini