LAIN Indonesia, lain negara maju. Bila di sini kondom masih luas digunakan, disana alat kontrasepsi yang satu itu justru sudah merosot pamornya. Kondom memang alat kontrasepsi paling kuno. Pil dan spiral, yang muncul belakangan, dengan cepat mendesak sarung penis itu. Mengapa? Karena kondom, betapapun tipisnya, tetap saja mengganggu kontak senggama. Namun, beberapa tahun terakhir ini, ketika histeri AIDS meluas, kondom kembali dicari orang. Tiba-tiba kondom populer lagi di Eropa dan Amerika Serikat. Kondom dianggap sebagai perisai ampuh terhadap virus AIDS--bukan sebagai alat kontrasepsi. Soalnya, AIDS terutama berjangkit melalui senggama. Dengan meningkatnya penggunaan kondom, desain kondom kembali diutak-atik. Tidak mudah ternyata. Pusat Keluarga Berencana (PKB) Margaret Pyke, London, awal tahun lni baru berhasil melakukan terobosan, setelah mengubah total struktur kondom yang dikenal selama ini. Mereka membuat kondom bukan untuk pria, tapi untuk wanita. Kondom yang lama khusus dipakai oleh pria, sedang kondom baru bikinan PKB Margaret Pyke dimasukkan ke dalam lubang faraj. Pemakaiannya, menurut para perancangnya, seperti memasang tampon. Struktur kondom wanita ini uga berbeda. Kondom lelaki mempunyai struktur sarung ketat, tapi kondom untuk wanita bentuknya mirip kantung. Dan ukurannya jauh lebih besar. Kondom untuk wanita yang lebih lebar itu dirancang untuk melapisi dinding vagina bagian dalam. Keistimewaan bahan kondom ini - yang sekilas mirip dengan kondom biasa - bisa secara fleksibel mengikuti lekuk-lekuk dinding vagina. Lubang kondom, yang kalau dipakai akan terletak di bagian paling-luar, juga secara luwes mengikuti bentuk vagina. Gulungan yang terdapat di sekitar lubang itu bisa diselipkan di bawah lekukan labio mayor, hingga seluruh permukaan luar vagina terbebas dari pelapisan. Menurut John Guillebaud, direktur PKB Margaret Pyke, dengan struktur kondom ini, kontak senggama tidak akan terganggu. Guillebaud menunjuk hasil uji coba yang dilakukan intensif dengan bantuan 25 pasangan sukarelawan sejak Desember lalu, di St. Maria Gynaecologist and Obstetricians Vejle, Denmark. "Para pria mengaku bisa bersenggama secara normal," kata Guillebaud. Sementara itu, bagi para wanita, lapisan pada dinding vagina justru memberikan ekstrastimulasi. Secara relatif bisa dikatakan, vagina shield ini mampu membantu para wanita mencapai orgasme. Kondom untuk wanita ini sebenarnya sudah akan dipasarkan akhir tahun lalu, dengan merk dagang Femshield. "Tapi setelah membuat evaluasi, kami merasa perlu melakukan beberapa uji coba lagi," ujar Ms. Bounds, seorang peneliti PKB Margaret Pyke. Kondom, menurut Bounds, pada dasarnya alat kontrasepsi. Karena itu, perlu ada data klinis berapa persen kemampuannya menghindari kehamilan. "Penelitian ini yang masih ditunggu," ujar Bounds lagi. "Mungkin baru selesai dalam tiga bulan mendatang." Hingga kini tak satu pun alat kontrasepsi yang 100% aman. Sementara ini, spiral -penyumbat mulut rahim--menurut penelitian adalah media pencegah paling efektif. Kondom sebaliknya, justru paling tidak aman. Bagi Indonesia, penelitian PKB Margaret Pyke yang kini berlangsung tentulah sangat penting. Kondom jenis baru ini diperkirakan bisa meluaskan program Keluarga Berencana. "Tidak tertutup peluang untuk memanfaatkan kondom wanita," ujar Dr. Harjono Suyono, Kepala BKKBN di Surabaya, di sela-sela kunjungannya ke beberapa klinik KB di Jawa Timur. "Apa pun macamnya alat kontrasepsi, yang penting bisa dibenarkan menurut agama." Harjono, yang sudah memiliki beberapa contoh kondom untuk wanita, menyatakan bahwa ia masih menunggu lampu hijau dari WHO (Organisasi Kesehatan Sedunia). Pada pendapatnya, uji coba kemampuan kondom wanita mencegah kehamilan - yang kini dilakukan PKB Margaret Pyke - atas permintaan WHO. "Hasilnya nanti kita dapat dari WHO," tambah Harjono. Namun, rencana pemasaran Femshield di negara-negara maju tidak akan bergantung pada kemampuannya mencegah kehamilan. "Untuk mencegah kehamilan, orang akan menempuh jalan lain, bukan kondom," kata John Guillebaud. Lalu direktur PKB Margaret Pyke itu menunjuk data pencegahan kehamilan di Inggris. Pada catatan tahun 1987 terlihat bahwa sebagian besar (60%) ternyata menjalani pencegahan kehamilan semipermanen, yaitu sterilisasi (mengikat saluran indung telur) atau vasektomi (mengikat saluran sperma). Sementara itu, 18% mengunakan siral dan 9% mengunakan pil. Bandingkan di tahun 1976, ketika 65% lebih pencegahan kehamilan masih menggunakan spiral, pil, atau kondom. Maka, pada perhitungan Guillebaud Femshield akan digunakan terutama untuk mencegah kejangkitan penyakit kelamin. "Ini target utama Femshield," ujarnya terus terang. "Alat pelindung ini akan digunakan oleh mereka yang sudah memakai alat kontrasepsi lain." Untuk menjamin manfaat inilah PKB Margaret Pyke melakukan uii coba seberapa jauh produknya mampu menangkal AIDS. Uji coba yang melibat 225 sukarelawan ini dianggap perlu, karena penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kondom pria ternyata tidak efektif menangkal AIDS. Penggunaan kondom belakangan ini memang tak bisa dilepaskan dari histeria AIDS. Padahal, karet pelindung ini sudah sangat kurang peminatnya sejak tahun 1976. Di Inggris sampai tahun 1986/1987 terjual hanya 6% dari seluruh produksi. Di Amerika Serikat angkanya malah jauh di bawah itu, tak sampai 2%. Namun, sejak histeria AIDS muncul di tahun 1986, perdagangan kondom ramai lagi, angka penjualannya naik menjadi 13%. Pada tahun 1987, setelah muncul berita cairan kondom bisa membunuh virus AIDS - ternyata tidak benar - penjualan sarung penis ini mengalami boom di mana-mana, angka penjualannya meroket sampai di atas 80%. Jim Supangkat (Jakarta) Budiono Darsono (Surabaya), Yudhi Seorjoatmodjo (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini