LIHATLAH! Seorang pemuda terbaring dengan lubang peluru bundar di dadanya. Bercak darah menodai bajunya yang bersih. Lalu, di antara gelegar menam dan desingan peluru, seorang tentara tiba-tiba muncul, berjongkok, mencabut pistolnya, dan memasukkan ke dalam rongga mulutnya. Tentara itu kemudian terjengkang, kelojotan, mengiringi sebuah letusan. Di balik kepulan asap, si pemuda dan tentara tadi bangkit dan meraih stik drum dan gitar. Penonton yang berjubel bertempik sorak. Pertunjukan musik itu pun dimulai. Perang boleh meluluhlantakkan harta benda dan merenggut nyawa manusia. Tapi tidak membunuh kreativitas. Dentuman meriam dan kilat ledakan di medan perang malah menyulut api kreasi seni dalam ungkapan irama rock. Wow. . . Yeah . . . Itulah dentuman Festival Rock Perang di Beirut, Libanon, pada musim panas tahun lalu. Walau negeri yang terletak di bibir Laut Tengah itu dilanda perang saudara berkepanjangan, ternyata, kiprah kawula mudanya dalam musik rock & roll makin mendalam. Sekarang saja ada 20 grup band bergaya Barat gentayangan mentas di seantero Libanon. Grup yang berpangkalan di Beirut itu berasal dari anak-anak remaja kelas atas dari golongan Kristen dan Islam. Caranya berpakaian dan dandanan mereka selalu mencolok, dari gaya Elvis sampai gaya punk. "Forgotten Soldiers", ''Ghassan Rahbani Group", dan "Angel", adalah beberapa nama kondang di blantika musik rock Libanon. Ghassan bahkan sudah menjadi bintang rock di mancanegara. Dia dan grupnya barusan mentas di Polandia. Lain lagi dengan "Angel". Grup rock ini punya aset utama cewek manis berusia 23 tahun, bertingkah dan punya suara persis Cindy Lauper. "Cindy Libanon" ini baru saja menyelesaikan sejumlah konser rocknya di Beirut dan keliling Libanon. Dalam festival rock dengan tema perang yang baru saja berlangsung, tidak kurang dari 4.000 pencinta musik rock tumplek ke Roumieh di utara Beirut. Penjagaan tentu saja superketat. Tentara, misalnya, dalam pakaian siap tempur menggeledah setiap penonton yang masuk gedung pertunjukan. Siapa tahu ada penonton membawa dinamit, misalnya. Suguhan musik rock dari grup yang tampil memang terasa agak aneh. Walaupun lirik dan lagunya menyemburkan isyarat perdamaian, adegan yang tampil adalah gambaran sadistis dan hura-hura. Yah, barangkali begitulah cara anak muda membicarakan nasib bangsanya, yang terus-terusan jadi kancah perang. Burhan Piliang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini