Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kafein Ganggu Penyerapan Zat Besi, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Anemia

Dokter tak menyarankan minum kafein bersamaan dengan makan besar karena dapat mengganggu penyerapan zat besi dari makanan. Risikonya bisa anemia.

30 November 2022 | 15.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anemia. (Style Craze)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebut prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen pada 2013 menjadi 23,7 persen pada 2018 dari total populasi di Indonesia. Data juga menunjukkan pada 2018 sebanyak tiga dari 10 remaja Indonesia menderita anemia dan 62,6 persen kasus disebabkan kekurangan zat besi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena itulah Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia, TB. Djumhana Atmakusuma, tak menyarankan minum kafein bersamaan dengan makan besar karena dapat mengganggu penyerapan zat besi dari makanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Oleh karena itu, pada pasien defisiensi besi kami sarankan tidak makan sambil minum teh atau kopi atau susu," ujarnya dalam rangkaian Peringatan Hari Kekurangan Zat Besi 2022 di Jakarta, Rabu, 30 November 2022.

Tanda anemia
Alhasil, Djumhana merekomendasikan agar orang menunggu sekitar dua jam setelah makan untuk bisa minum minuman mengandung kafein agar penyerapan zat besi dari makanan tak terganggu. Menurutnya, cara ini juga sekaligus mencegah terkena anemia kekurangan zat besi yang ditandai seperti rambut rontok, kelelahan, kekurangan energi, sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan kulit pucat.

Selain memperhatikan waktu konsumsi kafein, upaya lain yang bisa dilakukan demi mencegah anemia yakni dengan mengonsumsi makanan mengandung zat besi dari dari sumber hewani, misalnya hati sapi, maupun nonhewani seperti sayuran hijau macam bayam, sawi, dan brokoli. Selain itu, Djumhana juga menyarankan para remaja putri yang kekurangan zat besi bisa mendapatkan tablet tambah darah (TTD) atau suplemen zat besi lain.

"Preparat besi oral atau suntikan. Yang suntikan diberikan pada pasien yang secara oral tidak bisa konsumsi, misalnya karena hamil, mual, muntah. Jangan diberikan pada pasien thalassemia, inflamasi kronis, HIV, lupus sehingga saya sarankan tanya dokter terlebih dulu," tegasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus