BAHWA obat tradisional dapat menghancurkan batu di dalam saluran
kemih, sudah sering kita dengar. Banyak sekali obat semacam itu
-- mulai dari yang paling sederhana berupa ramu-ramuan yang
harus direbus sendiri sampai pada yang "siap dipakai" dan telah
dibungkus menarik -- berjajar di etalase apotik.
Namun "tidak ada satupun dari obat tersebut yang dapat
menghancurkan batu di dalam saluran kemih," ungkap dr. Sadatoen
dalam suatu simposium. Batu di dalam saluran kemih, demikian
tema simposium itu pekan lalu di Hotel Sari Pacifik, Jakarta,
yang diadakan atas kerjasama PERNEFRI (Perhimpunan Ahli
Nefrologi Indonesia), IAUI (Ikatan Ahli Urologi Indonesia) dan
Welcome Foundation, suatu yayasan Inggeris.
Memang telah banyak penyelidikan yang berhasil membuktikan bahwa
obat tradisional dapat menghancurkan batu. Tetapi penyelidikan
itu umumnya hanya mengambil kasus dengan batu yang kecil-kecil
saja, "yang dengan makan mie bakso panas saja juga bisa keluar
dengan sendirinya," tutur dr. Sadatoen, ahli bedah senior.
Banyak di antaranya yang mengandung obat penawar sakit
(analgetika) dan antibiotika. Mungkin penderita merasa "enakan"
setelah meminumnya beberapa kali. Memang gejalanya berkurang,
menurut dr. Sadatoen, namun kalau difoto batunya masih tetap
bercokol, malahan sering menjadi lebih besar.
Batu di dalam saluran kemih menyebabkan rasa sakit yang sangat
hebat. Kalau tidak cepat diatasi, ia akan dapat menimbulkan
infeksi pada ginjal dan akhirnya ginjal akan rusak. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya batu ini, kompleks dan
saling berkaitan: Daerah tempat tinggal, kelamin, usia,
sosio-ekonomi, bakat yang diturunkan dari orang tua, cara makan
dan hidup yang terlalu santai.
Dari penyelidikan yang dilakukan di kalangan ALRI, ternyata para
perwira lebih banyak yang menderita penyakit ini daripada
bintaranya. Di Kopenhagen, para dokter 8 x lebih sering
menderitanya dibanding dengan golongan rakyat lain.
Dengan adanya kemajuan industri, jumlah penderita batu di dalam
ginjal memang semakin meningkat. Sebaliknya, jumlah penderita
batu di dalam kandung kencing semakin berkurang. Batu di dalam
kandung kencing terutama diderita golongan sosio-ekonomi yang
rendah, terutama anak-anak. Pria 3 x lebih banyak daripada
wanita. Di rumahsakit. di Surabaya, penderita batu di dalam
kandung kencing kebanyakan anak-anak, laki-laki dan sebagian
besar dari suku Madura.
Di negara yang telah maju, penderita batu ginjal berkisar antara
0,1 - 6 persen dari seluruh populasi Di Indonesia belum pernah
diselidiki secara menyeluruh, "tetapi penderitanya cukup
banyak," tutur dr. R.P. Sidabutar. Dinasehatinya supaya jangan
kebanyakan makan jengkol dan pete, sebab dapat menyebabkan
terjadinya batu ginjal. "Sudah pernah dilakukan penyelidikannya
di RSCM," kata ahli dari FKUI/RSCM itu.
Pengobatan batu ada dua jalan. Dibedah atau tidak dibedah.
Pembedahan harus dilakukan bila batu itu menyebabkan obstruksi
(penyumbatan) di saluran kemih cukup lama. Karena bila didiamkan
saja, penyumbatan itu akan menyebabkan terjadinya infeksi dan
kerusakan ginjal yang permanen.
Jalan kedua adalah tanpa operasi: Diberikan obat yang dapat
melarutkan batu, yang melancarkan kencing dan antibiotika untuk
mencegah infeksi. Nasehat dokter ialah harus banyak minum,
sehari 3 - 5 liter, banyak olahraga, jangan makan jengkol, pete
dan bayam.
Ada obat yang dulunya hanya dipakai untuk menyembuhkan Gout,
sejenis penyakit radang pada sendi. Namanya Allupurinol.
Penemuan baru membuktikan bahwa obat ini dapat menyebabkan
terjadinya batu ginjal. Sudah beredar di Indonesia, harganya Rp
120 pcr tablet, 3 kali sehari selama berbulan-bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini