Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Disana batu, disini kering

Sawah penduduk desa wargasetra, kec. pangkalan (karawang) kekeringan. penduduk menuduh pt. wira teknik sebagai penyebab. pihak pengairan minta bupati untuk menghentikan kegiatan pt. tersebut, tidak ada tanggapan.(ds)

11 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKIBAT kemarau, di Jawa Barat sampai akhir Juli lalu diketahui sudah ada 6,124 hektar sawah yang kering. Namun, harap maklum, kemarau bukan satu-satunya kambing hitam. Paling tidak inilah cerita penduduk Desa Wargasetra di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang. Desa ini berjarak 24 km dari ibukota kabupaten. Jalanannya lebih sering rusak. Sebab tak sedikit kendaraan yang lewat bermuatan berat. Itulah truk pengangkut batu dalam hubungan mana penduduk sering mengeluh. Tahun lalu tak kurang dari Rp 120 juta dana habis dipakai mendandani jalan ini. Tak sampai setahun, bekasnya nyaris tak nampak lagi. Ada batu ada juga kali. Sejak 4 tahun lalu PT Wira Teknik, sebuah perusahaan swasta, menguras batu dari Kali Cigentis yang mengalir di desa ini. Rata-rata tak kurang dari 400 m3 tiap hari diangkutnya dengan truk-truk tadi. Akibatnya permukaan kali dari waktu ke waktu menurun. Di beberapa tempat yang datar kali itu melebar. Artinya di beberapa tempat itu pula sawah petani ambrol. Disebut-sebut sawah petani yang ambrol kini sudah mencapai 51 hektar. Pejabat tingkat kecamatan membantah penyebabnya karena kegiatan PT Wira Teknik. Sebab kali itu sendiri katanya sering banjir. Jadi banjir itulah yang membuat sawah petani tadi hilang. Apa pun ceritanya, sampai akhir Juli lalu diketahui ada 993 hektar sawah yang kering di 5 desa di Kecamatan Pangkalan Wargasetra, Cintalanggeng, Ciptasari, Kertasari dan Cigunungsari. Di antara semua desa itu, Wargasetra paling parah. Dari 514 hektar sawah di desa ini, lebih 200 hektar di antaranya yang kekurangan air. Begitu parahnya sampai-sampai tak sedikit bagian tanah yang retak. Tak heran banyak pula rumpun padi yang hampir mati sama sekali. Berbeda dengan petani di banyak tempat lain, petani di desa ini menuding ulah PT Wira Teknik sebagai penyebab malapetaka tadi. Apa boleh buat. Ketika perusahaan tersebut belum menguras batu di Kali Cigentis, sawah mereka katanya selalu lancar mendapat air. Sebaliknya, dengan melorotnya permukaan kali akibat kegiatan perusahaan tadi, saluran air dari kali tersebut ke sawah petani tak berfungsi lagi. Malapctaka kekeringan pun datang. Pihak kabupaten membantah cerita ini. Menurut juru bicaranya, drs Taswan Suherman, di bulan-bulan ini air memang kurang. Itu sebabnya katanya kepada petani jauh-jauh hari sudah dianjurkan agar tidak menanam padi melainkan palawija. "Tapi petani ternyata lebih suka berspekulasi dengan alam." ucap Taswan. Kalangan pejabat bidang pengairan membenarkan kalau sekarang musim kemarau. Tapi seperti pernah dikatakan Kepala Seksi Pengairan Lemah Abang, Sugio BIE, kepada Suara Karya beberapa waktu lalu, pihak pengairan pernah meminta Bupati Tata Suwanta untuk menghentikan kegiatan pengambilan batu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cigentis. Permintaan itu tidak ditanggapi. Alasannya kegiatan tersebut terpaut pada sumbangan perusahaan yang brsangkutan pada perbaikan 35 km jalan Johar-Loji di kabupaten tersebut. Sementara itu kalangan petani bukan tak mempunyai alasan mengapa lebih suka menanam padi ketimbang palawija. "Kalau kami menanam palawija, ke mana hasilnya harus dijual?" tanya Ruspendi, salah seorang di antara petani tersebut. Maksudnya berhaitan dengan masalah angkutan. Sebab karena parahnya sarana jalan antara daerah produsen dengan konsumen ini di desa itu, jarak tempuh kendaraan umum bukan saja lama tapi juga menuntut ongkos yang tinggi. Bayangkan, untuk jarak 24 km antara Desa Wargasetra dengan Karawang kendaraan umum rata-rata menempuhnya dalam tempo 3 jam dengan memungut ongkos Rp 250 per penumpang. Meskipun demikian, semua itu kini, bisa saja berakhir. Sebab PT Wira Teknik yang dituding penduduk sebagai penyebab keringnya sawah dan rusaknya jalan, belakangan ternyata dibeli oleh Pemda Kabupaten Karawang. Entahlah jika pembelian itu sekedar untuk lebih meredakan reaksi penduduk seperti digumamkan beberapa orang di antara warga desa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus