TAHUN 1976, Ibukota menambah jumlah kelompok musik dengan grup
'Black Brothers'. Datang dari Irian Jaya, dengan manager Andy
Ayamiseba, (32 tahun), disambut oleh studio Irama Tara dengan
kontrak 3 album. Album kedua, berisi lagu Derita Tiada Akhir,
sempat melejit -- terjual sampai jumlah 300 ribu.
Sekarang Black Brothers sudah memasuki kontrak tahun ke-3 --
masih tetap dengan Irama Tara. Tak kurang 7 album sudah
dirampungkan. Dalam persipan album kedelapan, akan terdengar
sebuah lagu bernama Memory -- dalam bahasa Inggeris. "Kita
pernah bawa lagu itu di Bar Ankerage dan orang dengar kagum --
dikira lagunya Bee Gees yang baru," kata Andy membanggakan.
Urusan Polisi
Black Bro's sebenarnya tidak kepingin menjadi Bee Gees
Indonesia. Putera-putera Irian yang rata-rata di bawah usia 26
tahun itu lebih memikirkan untuk menjadi 'Oshibisa' Indonesia.
"Karena saya ingin Black Bro's diterima sebagai band yang penuh
sensasi dan selalu bisa tampil dengan keunikan," kata Andy
lebih lanjut. Itu sebabnya ia banyak memusatkan fikiran pada
segi-segi penampilan di samping mencoba menggali materi
lagu-lagu daerah.
Pada setiap album Black Bro's memang selalu dijumpai lagu
daerah. Pada albumnya yang ke-7 misalnya, bisa didengar Ino Mote
Ngori. Yang banyak membantu adalah bahwa beat lagu asli Irian
dekat dengan selera anak muda. Lagu-lagu tersebut mengandung
jiwa kepahlawanan. "Tapi kami juga menyadari, bahwa musik kami
terutama harus bisa diterima oleh rakyat -- musik untuk
low-people, kata Andy kembali mewakili kelompoknya.
Black Bro's lahir di Jayapura 1974, dengan anggota comotan
sana-sini. Formasi pertamanya adalah Hengky MS (gitar dan
vokal), Yockie Pattipeiluhu dan Benny Betay. Disempurnakan oleh
David (sax), Stevie (dram), Amri Kohar (sax) dan Iskandar
(terompet). Album ke-7 dikerjakan tanpa Henky dan David.
Keduanya tidak aktif lagi gara-gara terlibat perkelahian di Bar
Ankerage September tahun lalu sehingga berurusan dengan Kodak
Metro. "Hengky diminta keluar oleh rekan-rekannya karena
dianggap tidak ada lagi kecocokan sedang David ditarik
orangtuanya di kampung karena suka berkelahian sempat masuk
tahanan polisi," Andy bertutur.
Pertama kali masuk Jakarta, Black Bro's diasramakan di Jalan
Ciomas Kebayoran Baru. "Kami seperti rusa masuk kota -- jadi
harus selalu kontrol agar jangan salah jalur," kata Andy.
Sekarang semua anggota sudah tinggal di rumah masing-masing dan
punya keluarga. Perjalanan karier mereka agak berbeda dengan
grup Mercy's dari Medan yang merangkak dari bawah sebelum
mencapai suksesnya. "Sejak pertama datang langsung terjamin,"
kata Andy. Maklum mereka ini satu satunya dari Irian -- layak
kalau dimanjakan.
Kwalitas musik Black Bro's sedang-sedang saja. Tidak terlalu
menonjol, tidak menampilkan identitas khas. Melihat tampang
pemain-pemainnya yang serem, kadangkala kita bisa kaok juga
karena musiknya manis, lembut dengan kata-kata merayu --
sebagaimana lagu-lagu anak muda sekarang. Namun demikian,
sebagai seorang manager, Andy tetap berani mengatakan Black
Bro's dapat diandalkan. Tahun lalu hampir saja grup ini
berangkat ke Negeri Belanda. Gagal karena ada persoalan yang
menyangkut Hengky dan David. Diharap tahun depan berhasil.
Peranan alat tiup dalam album Black Brothers yang terakhir (7)
masih tetap dominan. Album yang dinamakan 'Volume Perdana' itu
berisi 14 buah lagu. Separuhnya lagu lama, manis, kompak dengan
selera saat ini. Lagu berbahasa daerah Ino Mote Ngori ciptaan
Amry Kahar yang dinyanyikan Stevie, hadir senafas dengan
lagu-lagu lainnya. Di sini Black Brothers memadukan materi yang
menyangkut latar belakang daerahnya dengan baik, tanpa terasa
"kedaerahdaerahan".
Meski identitas belum benar mencuat, tapi cara grup ini menjiwai
lagu, menafsirkan sedih, cinta dan sebagainya, cukup berbeda
dengan rekan-rekannya yang datang dari daerah lain. Dalam lagu
Derita Tiada Akhir ciptaan Yochie Phu, dinyanyikan Henky Ms,
memang kita terpaksa ingat Panbers atau Mercy's tapi tidak jadi
cengeng Dari tanah Irian ini barangkali kita boleh mengharap
grup musik pop yang akan menyanyi dengan "jantan".
Sumber Nafkah
Lagu Huem Bello (anonim), yang dinyanyikan David bersama grup,
merupakan contoh menarik. Lagu yang didominir pukulan dram ini
bergelora dan menjerit. Dinyanyikan dengan total, liar,
menimbulkan sensasi yang aneh -- misteri yang juga sering kita
rasakan dari musik liar orang-orang negro, Amerika Latin atau
dari pemusik rock berat. Kalau saja Black Brothers memiliki
banyak kesempatan menampilkan ekspresinya secara murni, sudah
pasti ia akan merupakan duta Irian yang berhasil. Memang sulit
-- sebab musik menjadi sumber nafkah, jadi harus selalu
memperhatikan selera pembeli.
Tapi Andy menjelaskan, Black Brothers akan tetap mempertahankan
identitasnya sebagai band asal Irian. Sekwilda Irian Jaya pernah
mengusulkan agar nama Black Brothers diganti jadi 'Cendrawasih
Band'. "Alasannya agar tidak mengesankan keterbelakangan
masyarakat Irian," kata Andy mendongeng. Tetapi usul itu kontan
ditolak oleh Sutran, sang Gubernur. Andy sendiri percaya bahwa
hitam yang memang warna kulit para pemain grup itu merupakan
kebanggaan karena mengesankan kekuatan. Kostum asli yang sering
dipakai di layar TV juga dianggap sebagai kebanggaan -- Jadi
bukan paksaan untuk merek dagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini