SUATU hari bulan November ini, tamu yang datang ke Penthouse Hotel Hilton harus membawa undangan khusus. Pintu lift menuju ke ruangan istimewa di puncak hotel itu dijaga seorang petugas keamanan. Ada tamu VIP sedang menginap di Penthouse? Ternyata tidak. Yang teronggok di ruangan istimewa itu adalah sederet hiasan permata berlian dari Bulgari, perusahaan perhiasan yang sudah sangat tersohor di dunia. Di dalam enam counter berlapis kaca yang terdiri dari rak bersusun tiga, ada giwang, jam tangan, kalung, cincin, dan aksesori lainnya. Pengunjung yang datang ke arena promosi itu memang tidak banyak. Yang datang pun sudah terseleksi dengan sendirinya oleh patokan harga barangnya. Yang termurah saja US$ 350 ribu. Di antara mereka, suatu siang, muncul seorang ibu muda berkemeja krem dan pantalon hitam. Ia didampingi suaminya yang mengenakan safari. Sambil menggelayut, si wanita berkata, "Ah, kalau model yang ini sudah punya, Pa. Tapi ya terserah deh, mau dibeliin yang mana. Yang US$ 750 ribu atau yang US$ 350 ribu, mana pun boleh." Tapi, karena ini barang eksklusif dan menyangkut orang-orang yang selalu ingin diperlakukan istimewa juga, tawar menawar harga alias negosiasinya akhirnya tidak terbuka. Pasangan itu menghilang di balik bilik yang memang disediakan oleh pihak Bulgari untuk menentukan harga akhir komoditinya. Setelah harga dipastikan, pembeli ternyata tidak bisa langsung memperoleh barang yang dikehendakinya. "Ini sekadar dipamerkan," kata Humas Bulgari Mrs. Syn. Mereka harus menunggu pengiriman barangnya dari Bulgari Singapura. Nama Bulgari memang menggetarkan bagi peminat perhiasan bertatahkan berlian, karena sudah dikenal sejak 1879 dan selanjutnya dikelola secara turun-temurun. Koleksinya tidak terjual di sembarang toko perhiasan. Tapi di tempat khusus Bulgari, yakni di Roma, Milano, Parigi (masih di Italia), Monte Carlo, Jenewa, New York, Osaka, Hong Kong, Singapura, London, Munich, dan St. Moritz. Bulgari Singapura sudah dua kali menawarkan barangnya ke Indonesia. Pertama, pada 1989. Kata Mrs. Syn, minat beli sejumlah orang di sini cukup besar. Pameran itu sendiri bisa dilaksanakan dengan dukungan Martina Wijaya, wanita aktif dari keluarga pengusaha besar Wijaya. Kabarnya, Martina termasuk salah seorang yang memiliki koleksi karya-karya Bulgari yang cukup lengkap. Cuma, wanita yang selalu sumringah ini enggan diwawancarai. Tentunya para penggemar perhiasan bertatahkan berlian tidak hanya tergiur pada Bulgari. Para wanita di Jakarta (dan tentunya dari kota besar lainnya) bisa melampiaskan kecintaan mereka pada permata berlian pada merek lain dan bentuk hiasan yang berbeda. Katakanlah itu jam tangan Chopard. Awal Agustus lalu, Chopard melangsungkan pameran di Hilton. Di antaranya ada sebuah arloji seharga Rp 1 milyar, yang dibuat hanya lima untuk peredaran seluruh dunia, dan keempat lainnya sudah laku. Antara lain satu dibeli Ratu Elizabeth dan dua buah lainnya oleh Sultan Brunei Darussalam. Menurut Vice President Chopard Switzerland Karl Friedrich Scheufele, pamerannya hanya diselenggarakan di negara-negara yang dinilainya memiliki potensi pasar. Pada kenyataannya, untuk jenis jam tangan sekaligus berfungsi perhiasan semacam itu, dan mahal lagi, di Indonesia per tahunnya rata-rata hanya terjual sekitar 60 buah (dari pelbagai merek). Merek Chopard sendiri, yang sudah masuk ke sini sejak empat tahun silam, per tahun bisa menjual sekitar 20 buah. Ini menurut Komisaris PT Bina Inti Markindo Sejahtera (distributor Chopard), Bebbie. Apa pun wujudnya, entah itu perhiasan seperti gelang, giwang, kalung, atau jam tangan, yang namanya kerling gemerlap permata memang selalu memikat. Apalagi kalau dipadu dengan platina atau emas yang terukir indah, dari desainer piawai. Jakarta, pusat perputaran uang terbesar di Indonesia, menjadi lahan subur untuk kegemaran gemerlapan itu. Tak mustahil di Ibu Kota ini sudah ada Diamond Information Centre -- manajernya Nanny Budiman. Pada Desember tahun silam, lembaga ini menyelenggarakan pemilihan desainer terbaik, melalui acara "Diamonds Today 1989". Belakangan, bahkan makin banyak saja iklan tentang cincin berlian, di media cetak dan radio. Perburuan selanjutnya bagi para penggemar berlian antara lain ke Negeri Belanda. Tepatnya di Amsterdam, salah satu dari lima bursa berlian yang utama di dunia (lainnya Antwerpen, Tel Aviv, New York, dan London). Di Amsterdam ada Endi, satu-satunya keturunan Melayu yang menjadi anggota Diamond Burse. Menurut Endi, mayoritas (60%) langganannya adalah tamu dari Indonesia. Salah seorang di antaranya belum lama ini minta dicarikan berlian yang sangat istimewa. "Bayangkan, dia minta 10 karat yang irisannya paling sempurna dan jernih," tuturnya. Harganya? Dalam dolar AS, sekitar 600 ribu. Tapi tidak semua wanita penggemar perhiasan hanya gandrung pada ciptaan baru dari perusahaan tertentu saja. Cobalah berkenalan dengan Ny. Dindin Benjamin, 47 tahun, tinggal di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Ia memang memiliki koleksi karya Bulgari. Cuma, pada pertemuan awal, Ibu Dindin lebih senang menunjukkan koleksi perhiasan tradisionalnya. "Saya hobi sekali mengumpulkan perhiasan Indonesia kuno seperti ini," katanya kepada Nunik Iswardhani dari TEMPO. Ia lantas menunjukkan sebentuk perhiasan, yang dalam katalog disebut primitive jewelries. "Ini lagi trend, lho, di antara ibu-ibu di Jakarta. Soalnya, kita merasa lebih anggun dan wibawa kalau memakai perhiasan ini dalam kesempatan resmi. Rasanya perhiasan kuno punya kesan magis, gitu." Ada seorang pedagang perhiasan kuno yang menjadi langganan Ibu Dindin dan sejumlah penggemar perhiasan kuno. Orang ini yang melakukan perburuan ke banyak tempat, untuk memperoleh perhiasan tua. Kalau perlu, mencari perhiasan dari abad lalu. Umumnya terdiri dari emas 13 karat, pipih. Motif dan bentuk perhiasan kuno dari Jawa, Maluku, Sumatera Barat, atau Aceh ternyata punya kemiripan. Tak semua kolektor perhiasan berharga ratusan juta rupiah mau buka kartu seperti Ibu Dindin. Di Jakarta, menurut beberapa perusahaan batu berlian dan perhiasan mahal yang sering buka pameran di sini, masih banyak kolektor yang getol memborong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini