Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Begitu akrab di telinga

Kelompok europe tampil di drive in ancol dan stadion tambaksari surabaya. nama europe mulai muncul ketika terpilih sebagai grup terbaik di festival musik swedia 1982. penampilannya sederhana tapi kompak.

1 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGGEMAR musik rock mana yang kini tak kenal The Final Countdown? Maka, ketika lagu itu dibawakan langsung oleh pemusik aslinya kelompok Europe, udara malam di drive in Ancol, Sabtu malam pekan lalu, berubah panas. Sekitar 7.000 penonton tak tahan untuk melengking, hanya sesaat setelah keyboard Mic Michaeli melempar intro lagu beken itu. Disusul kemudian semburan vokal Joey Tempest yang bertenaga. Tempest masih menambah akting dengan berjingkrakan di seputar panggung berukuran 14 x 21 meter itu. Dan blaaak, gagang mike yang terasa mengganggunya itu roboh ditendangnya. Penonton histeris. Tapi mulut mereka fasih menyanyikan lagu yang dipakai sebagai lagu pembukaan olimpiade musim dingin di Calgary, Kanada, tiga tahun lalu itu. Sebelumnya, lagu Carrie juga telah memancing "koor" penonton. Carrie... Carrie..., maybe... we'll meet again, teriak penonton, membalas bait lagu yang dinyanyikan Joey Tempest. Kelompok Europe tampaknya tahu betul menciptakan ending yang manis. Itulah mengapa mereka memilih lima lagu terakhir yang begitu akrab di telinga. Ini menyebabkan penonton yang haus pada musik heavy metal seperti disuguhi teko besar untuk direguk bersama. Selain The Final Countdown dan Carrie, tembang pilihan lain adalah Hard Days Night, No Woman No Cry, dan Hound Dog-nya Elvis Presley. Yang menarik, di antara paket hidangan dua jam itu terselip lagu-lagu baru Europe. "Kami memang merebut pasar dengan strategi memperkenalkan lagu-lagu dari album yang akan dirilis," kata Joey Tempest pada TEMPO. "Karena kami ingin tahu sambutannya," katanya. Contohnya lagu dari album bertitel sementara Break Free yang baru diedarkan tahun depan. Lima musisi bertubuh kekar itu -- dengan ciri rosario besar menggelantung di leher adalah salah satu kelompok musik asal Skandinavia yang bisa masuk ke panggung internasional, selain kuartet ABBA yang pernah kondang di tahun 1970-an dan gitaris "setan" Yngwie Malmsteen yang beberapa waktu lalu manggung di Jakarta. Europe lahir di kota kecil Uppslands 1977, di saat jenis musik cadas terdesak kepopuleran jenis new wave. "Kami main pada usia belasan tahun," ujar Joey Tempest. Meskipun belia, mereka sudah memberontak dari lingkungan dengan menyanyikan lagu-lagu rock n' roll. Formasi awal Europe adalah Joey Tempest, John Norum, Tony Repo, dan John Leven. Seperti juga banyak cerita sedih artis yang kemudian jadi kondang, Europe memulai karier di klub-klub malam Swedia. Nama Europe mulai kedengaran ketika terpilih sebagai grup terbaik di festival musik Swedia, 1982. John Norum terpilih sebagai gitaris terbaik di festival itu. Mereka mencuat lagi ketika dua albumnya, Europe (1983) dan Wings of Tomorrow (1984), sukses di pasaran. Ada kesan, mereka ingin menyejajari pendahulunya, Deep Purple, Uriah Heep, dan Led Zeppelin. Selang empat tahun, setelah masuknya Ian Haughland dan Mic Michaeli memegang drum dan keyboard, Europe merambah kelas dunia membawa The Final Countdown, Carrie, dan Rock The Night melanglang buana. Ketiganya menyabet piringan platina dengan angka penjualan di atas 5 juta kopi. Tahun 1986, tercatat sebagai tahun sukses Europe. Konser mereka di beberapa negara disambut baik. Sayang, di saat jaya itu, gitaris andalan mereka, John Norum, mundur. Norum merasa ketenarannya di bawah bayang-bayang popularitas Joey Tempest. Posisi John Norum kemudian digantikan Kee Marcello -- dan tak mengecewakan. Dengan kebiasaan menyelipkan rokok di mulut, gitar solo Marcello mampu membuat penonton di drive in Ancol merinding. Akhirnya, Europe bertahan dengan formasi: Joey Tempest, 27 tahun, pada vokal John Leven, 27 tahun, pegang bas Kee Marcello, 30 tahun, memetik gitar, Ian Haughland, 26 tahun, pada drum dan Mic Michaeli, 28 tahun, urusan keyboard. Namun, beberapa kritikus musik melihat kelompok ini kurang produktif. Joey Tempest kesal dengan pernyataan itu. Katanya, kelompoknya memerlukan waktu yang cukup untuk menelurkan sebuah album. "Supaya lagu yang akan kami produksi lebih bermutu dari yang sebelumnya," ujarnya. Joey Tempest tak omong kosong. Album terakhir Out the World laris di pasaran dan Superstitious bertahan sekian minggu di puncak tangga lagu-lagu top. "Kami ingin punya pasar yang luas. Kenapa tidak di Indonesia?" ujar Kee Marcello. Selain di Jakarta, Selasa pekan ini mereka muncul di Stadion Tambaksari Surabaya, sebelum melawat ke Bangkok dan Taiwan. Untuk mendukung penampilannya, mereka membawa empat ton peralatan. Ini masih ditambah dukungan delapan truk alat musik dari Jep's, penyelenggara acara ini. Pentasnya juga didukung kekuatan cahaya 450 ribu watt -- atau setara kekuatan listrik di seribu rumah BTN. Meskipun lagu-lagu mereka menggigit, banyak penonton yang tak puas pada performance kelompok ini. Stage act mereka dinilai kurang habis-habisan dan tampak tak bernafsu untuk berdialog dengan penonton. Paling-paling mereka hanya menyapa, "Selamat malam, Jakarta." Atau ini, "Are you ready?" Mereka juga hanya muncul dengan selembar kaus hitam dan sepatu kets. Tak ada aksesori macam-macam. "Sebagai penonton, saya ingin ada atraksi yang unik. Ternyata tak ada kejutan," ujar dedengkot musik rock lokal, Ian Antono, eks Godbless. "Ada kesan, mereka terlalu menjaga stamina," kata Ian lagi. Tapi secara keseluruhan pertunjukan dua jam dengan 20 lagu itu cukup lumayan. Mereka kompak. Ardian T. Gesuri dan Bunga S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus