Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Konflik kerap dipandang negatif dalam sebuah hubungan. Ajeng Raviando dari Teman Hati Konseling, mengingatkan konflik tidak selamanya buruk. Justru lewat konflik, individu akan mengetahui kebutuhan pasangannya asalkan pertengkaran yang terjadi adalah pertengkaran yang sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertengkaran sehat terjadi ketika pasangan saling mengemukakan pendapat dan masing-masing punya solusi untuk menyelesaikan konflik. Kedua belah pihak harus dalam posisi menang atau win-win solution. Baca: Mengapa di Indonesia Ada Budaya Ngaret? Ini Jawaban Sosiolog
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebaliknya, pertengkaran yang tidak sehat umumnya tidak berujung dengan solusi dan kompromi. Akibatnya, konflik akan terus berulang. Ajeng berpendapat frekuensi pertengkaran dalam rumah tangga belum tentu menandakan sebuah hubungan pernikahan tidak sehat.
Selama konfliknya terpecahkan, kuantitas pertengkaran dalam hubungan nantinya akan berkurang dengan sendirinya. Lantas bagaimana dengan pasangan yang tidak pernah bertengkar? Baca: Keracunan Makanan, Ini 10 Makanan yang Harus Diwaspadai
Ada sifat pasangan yang suka memendam, kata Ajeng. Atau salah satu pihak tidak mengerti hal itu masalah bagi pasangannya. Lagi-lagi, kuncinya terletak pada komunikasi antarpasangan dan kepekaan masing-masing pihak.
"Solusinya, cobalah baca bahasa tubuh pasangan yang terlihat, misalnya tidak suka dengan satu hal coba tanyakan apa permasalahannya," imbuh Ajeng. Meski saling mengenal karakter pasangan, komunikasi tetap yang utama. "Karena manusia itu, kan dinamis. Kita tidak bisa tahu persis karakter seseorang," tegas Ajeng.