Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kuliner Khas Betawi, yang Sudah Punah dan Masih Bertahan

Bila menyebut warisan kuliner Betawi jumlahnya hampir tak dapat diperkirakan.

22 Juni 2018 | 09.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta identik dengan kebudayaan Betawi yang kaya. Bila menyebut salah satu warisannya, seperti kuliner, jumlahnya hampir tak dapat diperkirakan.

“Kalau kuliner asli Betawi jumlahnya ada banyak sekali, mulai makanan berat seperti sayur, ada juga kue kering, kue basah, sampai minuman,” kata budayawan Betawi, Yahya Adi Saputra, saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 Juni 2018. 
 
Dari sekian banyak macam penganan, menurut Yahya, tak semua bertahan menyintas zaman. Ia mencatat, dari 80-an jenis kue basah yang pernah ada, hanya 20-an yang masih eksis beredar.
 
Kue yang telah langka, bahkan hampir tak dapat dijumpai lagi, salah satunya adalah jongkong kopyor. Jongkong kopyor terbuat dari tepung beras, tepung sagu, dan santan. Keberadaannya konon berperan melengkapi meja-meja hidangan saat masyarakat menggelar upacara-upacara adat. 
 
“Ada juga sengkulun,” ujar Yahya. Sengkulun tergolong dalam jajaran kue basah. Warnanya merah muda mencolok dan terbuat dari kelapa parut serta beras ketan. 
 
Lalu ada kue abuk yang tak kalah pamornya dengan sengkulun. Dulu kala, kue ini menjadi hidangan wajib dalam acara-acara adat atau pertemuan keluarga.Es Selendang Mayang. TEMPO/Subekti
 
Selain penganan yang sudah sulit dijumpai, ada juga kuliner yang berubah namanya. Yahya mengenang, dulu ia sempat menemui beragam kuliner dengan nama unik. Semisal kue anak Cina, kue bianglala, dan kue mangkok. 
 
“Saya tidak tahu apa nama untuk kue-kue itu. Masih bisa ditemukan, tapi beda nama,” katanya 
 
Sedangkan kuliner yang masih bertahan dan dikenal hingga kini biasanya merupakan jajanan yang dapat ditemukan dengan mudah di pasar atau tempat wisata. Sebutlah kerak telor yang selalu dapat disemukai di pasar-pasar malam atau festival. 
 
Sedangkan makanan berat, seperti bubur ase, juga masih menjadi sarapan favorit warga Jakarta. “Hampir semua orang di Jakarta kenal dengan bubur ini,” ujarnya. Mereka menandai kuliner itu sebagai penganan otentik karena komplemennya yang terdiri atas bubur dan ikan teri. 
 
Ada pula selendang mayang yang masih menjadi primadona hingga kini. “Bir pletok juga tak kalah dengan selendang mayang,” ucap Yahya. Sedangkan beragam kue yang masih populer ialah kue satu dan kembang goyang.
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus