Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyebut Japanese Encephalitis merupakan virus dari gigitan nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE hingga menyebabkan radang otak pada pasien yang terinfeksi. Kemenkes dan berbagai kepentingan terkait pun menyusun dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Japanese Encephalitis atau radang otak akibat gigitan nyamuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hari ini ada launching strategi nasional penanggulangan Japanese Encephalitis (JE) yang sudah selesai disusun. Penyakit ini masih jadi masalah di Indonesia," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, saat membuka Asean Dengue Day 2023, Selasa, 25 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walaupun muncul nama Jepang pada penyakit tersebut, faktanya virus itu tidak hanya menyerang penduduk di Jepang saja. Berdasarkan data yang dilansir laman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, setidaknya ada 20 negara yang tertular seperti India, Bangladesh, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, Korea Utara, Vietnam, Laos, Malaysia, Burma, hingga Sri Langka.
Maxi berharap dokumen strategi nasional penanggulangan Japanese Encephalitis yang disusun melalui Forum Asean Dengue Day 2023 menjadi pedoman arah yang tepat dalam upaya pencegahan dan pengendalian kasus di Indonesia. Hasil surveilans sentinel yang bergulir pada 2016 di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan 326 kasus sindrom ensefalitis akut (AES) dengan 43 kasus (13 persen) di antaranya positif JE.
Kenali gejala
Tanda klinis dari JE tidak dapat dibedakan dengan penyebab lain AES sehingga konfirmasi laboratorium menjadi sangat penting. JE adalah kasus AES yang telah dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium (IgM) positif. Sebanyak 85 persen kasus JE di Indonesia ada pada kelompok usia 15 tahun dan 15 persen pada kelompok usia di atas 15 tahun.
Data surveilans kasus JE di Indonesia 2016 menunjukkan sembilan provinsi yang melaporkan kasus, yakni Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau.
"Khususnya pada wilayah tertentu, salah satu yang paling banyak di Bali," sebutnya.
Nyamuk Culex biasa ditemukan di daerah persawahan, kolam, atau terdapat genangan air dan sering menggigit pada malam hari. Virus JE memerlukan hewan sebagai inang perantara, seperti babi, kerbau, dan beberapa jenis burung. Nyamuk Culex sifatnya antrosoofilik, hewan yang tidak hanya mengisap darah binatang tetapi juga darah manusia. Karena itu, penularan JE dari hewan ke manusia pun bisa terjadi.
Gejala pada penyakit ini umumnya akan muncul 4-14 hari setelah terjadinya infeksi. Gejala yang muncul seperti demam, menggigil, sakit kepala, lemas, mual, muntah, bahkan kejang yang sering dialami anak kecil. Meski vaksin JE saat ini telah tersedia, belum ada obat khusus untuk menyembuhkan penyakit itu sehingga pencegahan seperti pemberian vaksin dan menghindari gigitan nyamuk amat penting dilakukan.
Pilihan Editor: Musim Hujan, Ini Cara Alami Hindari Serangan Nyamuk