Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ragil Imam Wibowo berbagi cerita tentang makanan tradisional. Juru masak yang akrab dikenal sebagai Chef Ragil itu menceritakan, makanan tradisional yang menggunakan bahan lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Resepnya minimal sudah 100 tahun, serta menunjukkan lokasi tertentu makanan berasal," katanya saat sesi bincang seminar daring bertema "Tak Kenal Maka Tak Bangga: Mengenal Sumber Pangan Lokal dan Makanan Tradisional Indonesia", Kamis, 21 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chef Ragil menjelaskan, makanan tradisional selalu mengena dalam pikiran masyarakat. "Selalu diingat oleh masyarakat setempat, saat merantau membuat ingatan ingin pulang," tuturnya.
Menurut dia, keberadaan makanan tradisional tetap terjaga bila terus ada penikmatnya. "Selama kita senang dan ekplorasi, makanan itu akan terus ada," katanya. Namun demikian, tantangan makanan tradisional Nusantara adalah terkait kesan.
"Makan tradisional itu bukan enggak keren," kata Ragil, pemenang Asian Cuisine Chef of the Year 2018. Padahal, Ragil menjelaskan, bahwa makanan tradisional yang menggunakan bahan lokal sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
"Bahan lokal tidak modifikasi bagus untuk kesehatan," tuturnya. Ia menambahkan, hal itu terkait campuran rempah-rempah yang memiliki khasiat juga sebagai obat alami.
Manajer Program Pertanian Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia Puji Sumedi Hanggarawati menjelaskan pangan Nusantara adalah bagian dari budaya. "Kita (Indonesia) punya banyak jenis karbohidrat," katanya.
Mengutip data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Puji menjelaskan ada 5.529 sumber daya hayati tanaman pangan. Sedangkan menurut Badan Ketahanan Pangan, ada 100 jenis sumber karbohidrat di Indonesia. "Ada juga 100 kacang-kacangan, 250 sayuran, 450 buah-buahan. Sampai tahun 2020 itu yang baru dikonsumsi," ujarnya.
Puji mencontohkan, salah satu sumber pangan di Nusa Tenggara Timur. Sorgum adalah sumber pangan yang mengandung karbohidrat. "Sorgum memiliki nutrisi tinggi, adaptif dan memiliki akar budaya yang kuat dengan masyarakat lokal. Pangan adalah hak asasi manusia," katanya.